Pada tanggal 28 April, kita merayakan Hari Puisi Nasional. Ini sekaligus mengenang kiprah Chairil Anwar, penyair ternama Indonesia, yang wafat pada 28 April 1949.Â
Chairil Anwar, sang penganggit puisi-puisi brilian berpulang pada usia yang belum genap 27.Â
Menariknya, tak harus jadi penyair untuk bisa berpuisi dan mengapresiasi puisi serta mengambil hikmah dari puisi. Ini sudah dibuktikan banyak orang, termasuk Najwa Shihab.
Banyak pemirsa terpesona oleh acara-acara yang dibawakan Najwa Shihab, salah satunya Mata Najwa. Pandangan mata Najwa yang tajam ditambah pertanyaan menghunjam narasumber jadi daya tarik acara ini.
Akan tetapi, ada satu kekhasan Najwa Shihab yang selalu menjadi daya tarik tersendiri. Â Dalam setiap segmen akhir Mata Najwa, selalu ada bagian penutup yang cakep maksimal. Misalnya:
"Stigma adalah ancaman serius untuk kemanusiaan
mengikis kebersamaan di tengah pandemi yang mengerikan
Rantai penyebaran corona tak bisa diputus sendirian
Semua orang mau tak mau harus dilibatkan"
Meskipun bukan penyair, Najwa Shihab tampak lincah menganggit kalimat-kalimat indah. Sudah tahu dari siapa Najwa menimba kepiawaian merangkai syair?Â
Rupanya, Najwa terinspirasi oleh seorang penyair bergelar "Si Penyair Celana". Ia adalah Joko Pinurbo.
Najwa mengakui sendiri hal ini dalam sebuah unggahan Instagramnya. Putri kedua Quraish Shihab ini menulis, "Sabtu sore ini. Ditemani buku-buku puisi. Saya penggila Joko Pinurbo, penyair yang terlalu rendah hati. Hampir semua karyanya saya koleksi."
Profil Singkat Joko Pinurbo