Menulis di media massa dan blog warga seperti Kompasiana berarti bahwa tulisan kita akan dibaca masyarakat umum.
Karena itu kita perlu memperhatikan hal-hal penting berikut ini:
1. Apakah tulisan menyakiti orang dan atau melanggar hukum?
Maksud hati memuji tokoh politik idola, eh ternyata tulisan kita penuh dengan caci-maki terhadap politikus "toko sebelah". Maksud hati memberi masukan bagi sebuah perusahaan, eh malah tulisan kita penuh dengan ungkapan amarah tak terkendali.
Ujung-ujungnya, kita justru dilaporkan pihak yang dirugikan dan yang merasa tersinggung atas tulisan kita di media massa dan blog. Wah, ambyar berkeping-keping!
Karena itu, hal pertama yang harus kita tanyakan sebelum menulis dan mengunggah tulisan di media publik adalah apakah tulisan saya menyakiti orang dan atau melanggar hukum.
2. Apakah tulisan ini bermanfaat atau hanya curhat tanpa makna?
Menulis sesuatu yang dibaca masyarakat luas mengandaikan bahwa tulisan itu bermanfaat bagi (sebagian) pembaca. Sering terjadi, orang menulis di blog dan media sosial dengan tujuan utama mencurahkan isi hati, terutama kejengkelan. Jengkel pada seseorang atau suatu peristiwa tak mengenakkan.
Lucunya, para penghobi curhat di media sosial dan blog ini kadang lupa adanya risiko bahwa orang yang mereka bahas di tulisan itu bisa saja membaca tulisan itu!
Mungkin saja orang yang kita bahas tidak punya akun medsos, namun amat mungkin (dan sering terjadi), ia tahu tulisan kita dari orang lain. Celaka! Relasi dan silaturahmi bisa putus seketika.Â
Secara psikologis, curhat tanpa makna di medsos dan blog juga menandakan bahwa penulisnya kurang mampu mengolah emosi dan menghadapi konflik dengan bijaksana.