Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna Batik Truntum Kado Nahdlatul Ulama ke Paus Fransiskus

6 Oktober 2019   06:13 Diperbarui: 26 Desember 2020   18:56 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi yang cerah di Vatikan, 25 September 2019. Paus Fransiskus dengan ceria berkeliling di antara hadirin Audiensi Umum di Piazza San Pietro atau Lapangan Santo Petrus. Di antara hadirin, tak hanya umat Katolik. Hadir pula rombongan Nahdlatul Ulama dari Indonesia. 

Mewakili rombongan Nahdlatul Ulama, Ketua GP Ansor Jateng H Sholahuddin Aly atau Gus Sholah menghadiahkan batik truntum kepada Paus Fransiskus. 

Gus Sholah berkisah, "Sambil salaman, Paus Fransiskus beberapa kali bilang "Pray for me" dua sampai tiga kali ke saya."

(Twitter/@KatolikG)
(Twitter/@KatolikG)

Gus Sholah mendampingi Khatib Aam Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengunjungi Italia dan Vatikan bersama rombongan. Yang juga hadir antara lain ialah Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas. 

Batik yang diserahkan duta Nahdlatul Ulama adalah karya perancang busana tersohor, Iwan Tirta.

Gus Sholah berujar, ia memilih batik sebagai kado untuk Paus Fransiskus karena dua alasan. Pertama, batik adalah warisan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia. 

Kedua, batik bermotif boketan truntum menyimbolkan keindahan serta keabadian cinta kasih antara sesama umat manusia.

Sore sebelumnya, Gus Sholah juga telah menghadiahkan batik kepada Sekretaris Pontifical Council for Interreligious Dialogue Tahta Suci Vatican, Monsinyur Indunil Kodithuwakku. 

Sejarah dan Filosofi Batik Truntum

Dikutip dari laman batik.or.id, kata "truntum" berasal dari "teruntum-tuntum" (bahasa Jawa) yang bermakna "tumbuh lagi". Truntum berarti "selalu bersemi dan semarak lagi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun