Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ibu Kota Baru Harus "Bahagiakan" Tuhan, Manusia, dan Alam

23 Agustus 2019   05:02 Diperbarui: 23 Agustus 2019   08:11 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyimak berita usulan desain ibu kota baru di Kalimantan yang dimuat kompas.com, 21 Agustus lalu, kita dibuat terkesima oleh filosofi yang mendasari usulan desain ibu kota baru tersebut. 

Nanti, Istana Negara akan berada tepat di depan Monumen Pancasila di mana sekelilingnya terdapat ruang terbuka hijau atau kawasan hutan. Selain itu, juga terdapat danau buatan yang cukup besar di bagian belakangnya. Beberapa pokok gagasan Kementerian PUPR untuk ibu kota baru:

a. Pembangunan bervisi pelestarian alam dengan mempertahankan keberadaan hutan Kalimantan (city in the forest);
b. Memperbanyak ruang publik dan komunitas.
c. Mengadopsi urbanisme baru dan infrastruktur  hijau
d. Menyediakan ruang yang mendorong kreativitas dan produktivitas masyarakat.
e. Membangun kota cerdas dan modern berstandar internasional. 

Tanpa bermaksud menggurui para ahli di Kementerian PUPR, perkenankan saya menyumbang gagasan mengenai ibu kota baru di Kalimantan yang harus "membahagiakan" Tuhan, manusia, dan alam.

"Membahagiakan" Tuhan

Kata membahagiakan saya tulis dengan tanda kutip karena Tuhan YME adalah Sumber Kebahagiaan yang pada diri-Nya sendiri tak memerlukan bantuan manusia untuk jadi bahagia.

Akan tetapi, sebagai insan beriman, kita wajib mengupayakan agar tindakan dan karya kita berkenan di hadapan Tuhan. 

Keterangan yang disajikan artikel kompas.com yang mengutip Kementerian PUPR belum menyinggung tentang aspek keagamaan dalam desain ibu kota baru di Kalimantan.

Kiranya aspek keagamaan patut dipertimbangkan juga oleh Kementeran PUPR dalam pembangunan ibu kota baru nantinya.

Tak ada salahnya kita berkaca pada penataan dua rumah ibadah di Jakarta: Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal.  Siapa pun yang berkunjung ke Jakarta pasti dibuat terkesima oleh dekatnya dua bangunan rumah ibadah nan megah tersebut. 

kumparan.com
kumparan.com
Gereja Katedral yang bergaya neo-gotik dibangun pada masa kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1901. Sementara itu, Masjid Istiqlal (yang  dalam bahasa Arab berarti 'merdeka') dibangun saat pemerintahan Presiden Soekarno. Soekarno memang menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun