Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siddhartha Gautama, Mother Teresa, dan Derita Sesama Manusia

19 Mei 2019   04:38 Diperbarui: 19 Mei 2019   05:03 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
prosesi kirab Waisak-ANTARA

Ia wafat tahun 1997. Tahun 2016, ia dinyatakan sebagai santa atau orang kudus oleh Gereja Katolik.

Derita Sesama Manusia sebagai Medan Perjumpaan dengan Yang Transenden

Apa yang menghubungkan Siddhartha dan Teresa dari Kalkuta? Menariknya, mereka berdua pernah tinggal di tanah yang sama: India. Mereka sama-sama pernah tinggal di dalam istana dan biara yang nyaman. Uniknya, keduanya sama-sama bersua dengan derita manusia saat dalam perjalanan keluar istana dan biara. Siddharta saat naik kereta kuda keluar istananya; Teresa saat naik kereta api ke kota lain.

Di India, Siddhartha dan Teresa melihat penderitaan sesama manusia. Yang istimewa, tak seperti kita yang kerap hanya berhenti pada melihat saja, Siddhartha dan Teresa mengalami perjumpaan dengan sesama yang menderita sebagai medan perjumpaan dengan Yang Transenden.

Maafkan keterbatasan pengetahuan saya tentang Buddhisme. Bisa jadi kalimat yang saya susun keliru dalam perspektif Buddhisme. Saya hanya mencoba membaca kisah hidup Siddhartha dan Teresa sebagai pribadi istimewa yang tergerak berbuat kasih pada sesama setelah sama-sama melihat pahitnya derita manusia di dunia.

Pertanyaan untuk kita renungkan:

- Kita punya mata yang sama dengan Siddhartha dan Teresa. Namun bukankah kerap kali kita berhenti pada melihat saja derita sesama.

Melihat tetangga tinggal di rumah hampir roboh, bisa jadi kita berkata dalam hati,"Kasihan ya. Semoga ada orang lain yang menolongnya."

- Siddhartha dan Teresa melampaui tahap "melihat dengan mata belaka" itu.

Mereka berdua mampu melihat sesama yang menderita dengan mata batin. Lebih dalam lagi, mereka lantas berbuat sesuatu, dalam keterbatasan, unuk menolong orang menderita.

Dari melihat-tergerak hati-lalu berbuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun