Waktu itu dengan segala keramahan dan kejujuran, beliau menjawab, "Bagi saya mengajar itu ibadah, tak peduli mengajar di mana."
Suatu jawaban yang menyentuh hati saya. Saya bayangkan, pertanyaan kami di atas mungkin sering ditanyakan tetangga yang tahu Pak Wahab mengajar di seminari.
Saya bayangkan, mungkin Pak Wahab tidak nyaman mendengar pertanyaan itu, lebih-lebih bila ditanyakan dengan maksud yang cenderung menghakimi.
Akan tetapi, rupanya Pak Wahab memiliki wawasan yang amat terbuka. Ia sendiri meyakini, mengajar adalah ibadah.
Dan sungguh, saya yang diajar almarhum Pak Wahab belajar banyak dari beliau. Bukan hanya geografi, tapi lebih-lebih tentang arti menjadi sesama manusia bagi yang lain. Mencintai tanpa membeda-bedakan siapa yang dicintai. Berbagi ilmu tanpa memandang perbedaan.Â
Saya dan rekan-rekan yang pernah jadi murid Pak Wahab amat bersedih ketika mendengar kabar bahwa Pak Wahab berpulang tahun 2014 lalu.Â
Terima kasih, Pak Wahab. Semoga amal ibadah Bapak diterima Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang.Â
Harapan saya amat sederhana, yakni agar Anda sekalian, saudara-saudariku beragama Islam, dapat memasuki dan menghayati olah kesalehan di bulan Ramadan dengan hati penuh keiklasan.