Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Mawar untuk Elena

4 Mei 2019   15:31 Diperbarui: 7 Mei 2019   22:05 4524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

"Apa Maria sudah beri tahu arti nama pondok ini padamu, Lena?" tanya Suster Ana. Elena menggeleng."

Dalam bahasa Spanyol, speranza berarti harapan. Kita percaya, bahkan dalam kegelapan sekelam apapun, selalu ada harapan. Nikmatilah barang seminggu bersama kami di sini. Selanjutnya kita bicarakan lagi," ujar Suster Ana.

***
Selama beberapa waktu, Elena sibuk membantu para suster dan relawati di Pondok Esperanza. Dari pagi sampai siang, Elena memasak dan membersihkan kamar-kamar. 

Sembari berkegiatan, Elena bercakap-cakap dengan wanita-wanita yang menghadapi persoalan serupa dengannya. Selama ini dia merasa, masalahnya paling berat. 

Rupanya tidak. Ada beberapa yang situasinya lebih runyam. Misalnya, seorang wanita dari Semarang yang mengandung setelah dilecehkan atasannya. Sang wanita awalnya ingin menggugurkan kandungan. Namun, pelan-pelan ia sadar, anak yang dikandungnya tak bersalah sedikitpun.

Mendengar sendiri kisah itu, Elena merasa seakan ditampar. Namun, tamparan paling lembut diterimanya dari si mungil Lusi. 

Suatu malam, Lusi berkata, "Kak Lena, aku suka bunga mawar tapi nggak bisa buat gambarnya. Ajarin ya, Kak." 

Dengan sabar Elena mengajarinya. "Wah, benar ya kata Kak Maria. Kak Lena pintar menggambar," celetuk Lusi. Elena tersenyum.

"Kak Elena ingin Lusi bisa buat gambar yang bagus. Nah, latihan sendiri ya. Sekarang Kakak harus bantu Suster Ana. Kalau Lusi selesai menggambar, tunjukkan hasilnya ke Kakak, ya!" 

Si kecil mengangguk mantap.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun