Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Viral "Patung Maria Menangis" di Sri Lanka

28 April 2019   07:53 Diperbarui: 4 Mei 2019   23:13 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa? Iman Katolik bersumber bukan pada mukjizat, tetapi pada dua sumber pokok: Alkitab dan Tradisi Suci.

Apa yang disampaikan Alkitab dan Tradisi Suci yang diwariskan para rasul sudah cukup. Mukjizat, bahkan penampakan Bunda Maria tidak menambah "isi iman Katolik", namun hanya "meneguhkan" saja isi iman Katolik yang sudah kita temukan dalam Alkitab dan Tradisi Suci.

Menilai Pewahyuan Pribadi

Hal yang sama berlaku untuk pewahyuan-pewahyuan pribadi. Misalnya, seorang Katolik (yang saleh) mengaku mendapat penampakan Yesus atau Bunda Maria dan para kudus. 

Pewahyuan pribadi ini "meneguhkan" iman si penerima (tentu si penerima harus secara bijak menilai dengan bimbingan pastor atau pembimbing rohani apakah pewahyuan pribadi itu dari Tuhan atau dari setan yang berpura-pura). Pewahyuan pribadi ini, meskipun demikian dahsyat, sama sekali tidak menambah "isi iman Katolik". 

Memang benar, Gereja Katolik akhirnya menjadikan sejumlah pewahyuan pribadi sebagai devosi yang diakui Gereja. Misalnya, penampakan Yesus pada Suster Faustina dari Polandia akhirnya diakui resmi dan dilembagakan dalam "liturgi dan devosi Kerahiman Ilahi".

Akan tetapi, perlu diingat, paham Kerahiman Ilahi bukan suatu hal yang sungguh baru. Kerahiman Ilahi sudah ditemukan dalam Alkitab, misalnya dalam ajaran Yesus mengenai "si anak bungsu pendosa yang diampuni Bapanya".

Sikap yang Tepat Menyikapi Dugaan Mukjizat

Iman sejati bukan iman yang tergantung dari mukjizat istimewa. Iman sejati tumbuh dari membaca Alkitab, berdoa dengan tekun tiap hari, berderma dengan tulus. Singkat kata, iman sejati tumbuh justru dalam rutinitas olah rohani dan kegiatan sehari-hari, bukan dari peristiwa istimewa yang amat jarang terjadi.

Benar bahwa mukjizat itu nyata dan terus terjadi. Akan tetapi, mujkizat itu adalah karunia amat istimewa yang amat langka. Tidak usah terlalu menggantungkan iman pada (dugaan) mukjizat. Tidak perlu menggebu-gebu mencari dan memohon mukjizat.

Bukalah mata hati, sadarilah tiap hari Tuhan mengerjakan mukjizat-mukjizat kecil melalui orang-orang dan peristiwa biasa yang kita alami tiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun