Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Haruskah Melarang PUBG, Gim Perang Sadis nan Laris?

25 Maret 2019   17:54 Diperbarui: 26 Maret 2019   11:28 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah dari mana, berhembus kabar burung, Brenton Tarrant, pelaku penembakan jamaah dua masjid di Selandia Baru kecanduan gim Player Unknown's Battlegrounds (PUBG). Kabar burung ini lantas ditanggapi banyak kalangan, termasuk Majelis Ulama Indonesia. MUI sedang melakukan kajian mendalam untuk menjadi dasar pertimbangan dalam mengeluarkan fatwa haram.

"Jadi tentu saja hal seperti itu akan diteliti. Kita punya namanya Komisi Pengkajian. Akan dikaji lalu kemudian akan dibawa ke Komisi Fatwa," ujar Wasekjen MUI Muhammad Zaitun Rasmin di kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi No. 15, Jakarta Pusat, Jumat (22/3/2019).

Zaitun mengatakan, "Kalau itu (PUBG) jelas-jelas mempunyai efek yang besar terhadap perilaku teroris, itu pasti akan dikeluarkan fatwa yang melarang. Tentu (kami) akan melarang kaum muslimin menggunakan game itu," lanjutnya.

Maksud Tulisan Ini
Perkenankan saya mengomentari kontroversi PUBG ini dalam sudut pandang ilmiah. Tidak ada niat apa pun untuk "mencampuri" urusan saudara-saudari saya kaum muslimin dan muslimah. Saya sangat menghargai keputusan yang akan diambil MUI, yang memang berkewajiban mengeluarkan fatwa bagi kaum muslim di Indonesia demi kebaikan, tentunya.

Tulisan ini justru saya harapkan memberi pencerahan bukan hanya pada MUI, tapi juga untuk para pemangku kepentingan dunia gim: pemerintah, pemuka agama, dan kepercayaan di negeri ini, pegiat olahraga-e (e-sports), konsumen gim,  pengembang gim, serta orang tua.

Pelaku Teror Selandia Baru Tak Mainkan PUBG
Dalam manifestonya, pelaku teror di Selandia Baru memang menyebut dirinya dipengaruhi pula oleh gim. 

www.bellingcat.com
www.bellingcat.com
Terjemahannya kurang-lebih:

"Apakah Anda mendapat inspirasi kekerasan dan ekstrimisme dari gim video, musik, literatur (buku), dan film?"

"Ya, gim Spyro The Dragon mengajariku 'etno-nasionalisme'. Gim Fortnite melatihku untuk menjadi pembunuh dan untuk menari-nari di atas mayat musuh-musuhku."

Shitposting
Namun, perlu kita sadari, manifesto "The Great Replacement" yang ia tulis masuk dalam kategori "shitposting". Apa artinya?

Mengutip pendapat Robert Evans dalam artikelnya di laman investigasi daring bellingcat.com, "shitposting" adalah "tindakan mengunggah banyak sekali konten, yang umumnya ironi dan candaan tak bermutu untuk memicu reaksi emosional warganet yang kurang memahami internet itu sendiri. Tujuan akhirnya adalah untuk membelokkan diskusi yang seharusnya produktif dan untuk mengalihkan perhatian pembaca".

Tarrant menyebut dua gim:

1. Spyro The Dragon

Sejatinya gim ini termasuk gim lucu yang tak mengandung kekerasan brutal. Entah apa hubungan antara gim ini dengan semangat nasionalisme sempit yang disinggung Tarrant dalam manifestonya.

2. Fortnite


Fortnite Battle Royale adalah permainan perang daring di mana ada 100 pemain terbang ke pulau kecil, kemudian saling bertarung hingga tersisa satu orang. Di pulau tersebut, para pemain dapat menemukan senjata, perangkap, granat, dan barang-barang lain yang tersembunyi.

Para pemain harus mempersenjatai diri mereka sendiri sambil menjelajahi berbagai medan di pulau, termasuk bangunan. Selama permainan,  zona perang akan jadi sempit sehingga para pemain akan terlibat dalam perang jarak dekat. Pemain yang mampu bertahan hingga akhir adalah pemenangnya. Fortnite ini tidak "berdarah-darah" meski menampilkan kematian musuh.

Yang menarik, Tarrant tidak menyebut PUBG dalam manifestonya. Namun hal ini tidak berarti ia tidak memainkan PUBG. Bisa jadi, ia juga memainkan PUBG, tapi tidak menyebutkannya dalam manifestonya. 

PUBG, Apa Itu?
Player Unknown's Battlegrounds adalah gim bergenre battle royale seperti Fortnite. Pemain harus bertahan hidup bertempur melawan 100 pemain lain dan menjadi yang terakhir untuk hidup. 


Gim ini amat laris. Desember 2018 lalu, pemain PUBG versi mobile sudah lebih dari 200 juta dengan 30 juta orang yang aktif setiap harinya. Angka itu belum termasuk pemain yang berasal dari China, serta pemain yang menggunakan platform semacam Xbox, PC, dan PS4.

Jumlah keseluruhan pemain PUBG terakhir kali diumbar pada Juli 2018, yakni 400 juta di seluruh dunia dan lintas platform. Saat ini angka itu bisa jadi berlipat ganda. Gim ini bisa dimainkan sendiri dan dalam grup.

Manfaat Positif Bermain Gim Kerja Sama

1. Meningkatkan Kerja Sama Rekan Satu Tim
Sebuah studi dari Brigham Young University menyebut bermain gim kerja sama seperti Fortnite dan PUBG bisa meningkatkan produktivitas kerja dalam tim. BYU berani menyebut bahwa  bermain Fortnite, PUBG, atau Halo 4 selama 45 menit saja bisa meningkatkan produktivitas hingga 20 persen.

"Bermain video dengan tim kerja benar-benar alternatif yang layak dan optimal untuk membangun kerja sama tim," kata perwakilan tim peneliti, Mark Keith. 

Perlu dicatat, bermain game semacam Fortnite dan PUBG untuk menambah produktivitas dalam kasus ini secara spesifik merujuk ke permainan bersama rekan kerja. 

Artinya, jika Anda bermain Fortnite dan PUBG sendirian bersama orang luar -bukan dengan rekan kerja satu tim-, mungkin studi ini menjadi tak valid. Intinya, aktivitas bermain game kolaboratif yang membuat ketagihan sejatinya bisa berdampak positif untuk mencairkan suasana dan membangun komunikasi antar rekan kerja. Dengan begitu, produktivitas dan hasil kerja pun bisa meningkat.

2. Menyalurkan "Hasrat" Berbuat Kekerasan
Orang Amerika yang memainkan peran sebagai penembak dalam bermain gim cenderung tidak menciptakan dan menyebarkan ujaran kebencian di dunia maya. Demikian hasil penelitian Jim Hawdon, profesor dan direktur Center for Peace Studies and Violence Prevention di Virginia Tech University di Blacksburg.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa gim video dapat menjadi saluran untuk agresi, bukan pemicu agresi," tutur Jim Hawdon.

Dampak Negatif Bermain Gim
1. Kecanduan Gim adalah Penyakit Mental
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan kecanduan game atau game disorder sebagai penyakit gangguan mental. WHO menambahkan kecanduan game ke dalam versi terbaru International Statistical Classification of Diseases (ICD), Senin (18/6/2018). Berkaitan dengan kecanduan game, WHO memasukkannya ke daftar "disorders due to addictive behavior" atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan.

Hemat saya, hal ini harus dilihat kasus per kasus. Anak dan remaja yang berjam-jam bermain gim apa pun (bukan hanya PUBG) potensial mengidap kecanduan gim. Tugas sekolah dan kuliah serta aktivitas rutin yang penting bisa mereka abaikan demi kesenangan bermain gim.

2. Gim Kekerasan Menjadi Inspirasi Para Pelaku Kriminal dan Teror
Di sisi lain, sejumlah ahli dan pengamat mengatakan, ada keterkaitan antara gim kekerasan semacam PUBG dan kecenderungan agresif para pelaku kriminal dan teror.


Dalam wawancara Fox News Channel di atas, David Grosman, penulis "Assassination Generation" mengatakan, "Pembunuh di Norwegia melatih dirinya dengan bermain gim, pembunuh di Florida menghabiskan 15 jam bermain gim kekerasan. Tahun lalu, American Psychological Association mengatakan ada kaitan erat antara gim kekerasan dan tindak kekerasan. Tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, tindakan kekerasan meningkat. Data sangat valid. Anda tidak dapat menyangkalnya."

Sementara itu, dalam video lain, pengamat gim mengajukan keberatan.

Profesor Patrick M. Markey, penulis buku Moral Combat: Why the War on Violent Video Games are Wrong menjelaskan, saat dua gim yang kerap dijadikan kambing hitam sebagai pemicu penembakan massal di Amerika dirilis, justru terjadi penurunan angka pembunuhan di Amerika.

Tambah lagi, pengunggah video Tech Insider di atas mengatakan, penjual kaset gim video di Amerika biasanya tidak menjual sembarangan gim untuk dewasa pada anak-anak.

Ia berpendapat, tidak adil mengatakan bahwa semua pemain gim kekerasan akan melakukan tindak kekerasan. Buktinya, beberapa pelaku penembakan massal di Amerika sama sekali bukan anak muda yang bermain gim kekerasan.

Di Jepang, masyarakat gemar juga memainkan gim kekerasan, namun penembakan massal tidak terjadi.

Mengapa? Karena sulit mendapatkan senjata api di Jepang. Hal berbeda terjadi di Amerika, di mana senjata api dengan mudah didapat.

Menyigi Penyebab Tindak Teror
Menyalahkan gim kekerasan seperti PUBG sebagai penyebab tunggal tindak kekerasan dan terorisme bukanlah sikap bijaksana dan ilmiah. Sebuah penelitian yang dimuat di Journal of Psychiatric Research 46(2):141-6 * November 2011 menyimpulkan bahwa:

"Keterpaparan pada gim kekerasan tidak berkaitan dengan dampak negatif manapun. Depresi, sifat kepribadian yang antisosial, keterpaparan terhadap kekerasan dalam rumah-tangga, dan pengaruh teman sebaya adalah penyebab sejati agresi.  Studi ini menambah bukti yang menyangkal bahwa gim kekerasan menjadi pemicu sikap agresif di kalangan remaja."

Benar bahwa gim kekerasan seperti PUBG dapat menyebabkan pemain berkepribadian tertentu untuk bertindak kriminal dan melakukan terorisme.

Tarrant memang sudah terpapar kebencian rasial yang dipicu oleh keyakinannya bahwa ras kulit putih adalah ras istimewa yang harus ia lindungi dengan segala cara, termasuk dengan melenyapkan ras lain yang ia pandang sebagai ancaman. Bahwa ia pecandu gim kekerasan adalah fakta yang berkelindan dalam dirinya sebagai penganut supremasi rasial ekstrim.

Penutup
Saya bukan pemain gim kekerasan. Saya sangat awam dalam dunia PUBG dan kawan-kawannya. Akan tetapi, dalam riset singkat guna menulis artikel ini sekaligus memahami dunia gim terkini, saya melihat video-video gim kekerasan di Youtube. Maafkan saya bila pengamatan saya tidak setajam pemain PUBG dkk.

PUBG dalam penilaian saya termasuk gim berdarah-darah. Kekerasan virtual terasa cukup nyata. Pantas saja gim ini ditujukan bagi usia lebih dari 18 tahun. Fornite tak berdarah-darah meski bergenre battle royale.

Sejujurnya, saya menilai ada gim-gim lain yang jauh lebih ngeri dibandingkan PUBG. Contohnya: Call of Duty, Grand Theft Auto. Visual kekerasan dalam video gim tersebut sangat ngeri, setidaknya dalam pandangan saya. Tambah lagi, GTA adalah gim dimana pemainnya menjadi tokoh jahat yang mencuri dan membunuh orang-orang, termasuk polisi.

Dalam salah satu misi Call of Duty, pemain bisa memerankan tokoh jahat yang memberondong orang di sebuah bandara. Terus terang, saya kesulitan memetik hikmah dari dua gim terakhir. Silakan menambah daftar gim ngeri yang patut diwaspadai di kolom komentar...

Usulan Saya:
1. MUI dan pemerintah (entah departemen apa saja yang terkait) perlu membaca referensi ilmiah secara seimbang. Sejatinya, dunia akademik pun terpecah ketika ditanya apakah gim kekerasan benar-benar berdampak negatif pada pemainnya.

2. Orang tua perlu cermat mendampingi dan mengawasi anak dan remaja yang bermain gim. Orang tua harus punya sikap ingin tahu: "Anakku main gim apa sih? Apa manfaat main gim ini?" Orang tua jangan cuek bebek dan menganggap ringan efek gim pada anak dan remaja yang secara emosional masih labil. Amati gim apa yang dimainkan anak di komputer dan ponsel mereka.

3. Aparat penegak hukum perlu menertibkan pengusaha warnet dan tempat bermain gim daring yang masih membiarkan anak-anak kecil bermain gim kekerasan. Di sisi lain, pengusaha game center harusnya tidak cuma mengejar untung dengan sembarangan membiarkan anak kecil bermain berjam-jam, apalagi bermain gim yang tak sesuai umur mereka.

4. Wacana olahraga elektronik (e-sports) yang katanya hendak dijadikan kurikulum perlu dibahas dengan cermat. Akan sangat mengerikan bila pendidikan kita nantinya "mengesahkan" gim kekerasan untuk pemain dewasa sebagai materi ajar anak-anak kecil. 

5. Komunitas pemain dan atlet e-sports Indonesia hendaknya menyumbang saran bagi pemerintah dan lembaga agama semacam MUI. Di satu sisi, kita ingin mengembangkan olahraga elektronik di Indonesia. 

Saat ini, PUBG menjadi sumber pendapatan bagi banyak pegiat gim Indonesia. Jika PUBG diharamkan dan atau dilarang total, apa reaksi mereka? Apa solusi yang adil? Sekali lagi, saya hanya mengajukan pertanyaan kritis. Apa pun keputusan MUI dan pemerintah, saya akan sangat menghormati. Saya paham betul, agama manapun tentu mengajarkan agar penganutnya mencari rezeki halal. Dalam hal ini, saya yang bukan muslim sangat sepakat.

Di sisi lain, jangan sampai niat baik ini menjerumuskan anak-anak dan remaja untuk makin terpaku pada layar dan lupa bersosialisasi di dunia nyata, lupa belajar, lupa beribadah, lupa waktu, bahkan lupa pulang ke rumah gegara main PUBG dan kawan-kawannya...

6. Jangan lupa, PUBG dilarang di beberapa negara bagian di India dan juga di Cina. Tentu ada alasan kuat di balik keputusan ini. Sila memelajari sendiri gejala ini. Ada sembilan game yang dilaporkan diblokir di China:
League of Legends, Overwatch, Diablo, World of Warcraft, PUBG, Fortnite, H1Z1, Ring of Elysium, dan Paladins.

Dilaporkan, pemuka agama di negara bagian Negeri Sembilan, Malaysia juga ingin agar gim kekerasan dilarang. Pendapat ini ditanggapi oleh Menteri Olahraga yang mengatakan bahwa e-sport bukan selalu hal buruk. Situasi ini mirip dengan yang sedang hangat dibincangkan di Indonesia.

Jadi, haruskah melarang PUBG, gim perang sadis nan laris? Sila berkomentar...

Sumber:

sains.kompas.com | tekno.kompas.com | tekno.kompas.com | jogja.tribunnews.com | bellingcat.com | psychcongress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun