Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudah Tahu Kalau Aslinya Hedonisme Itu Baik?

3 September 2019   07:52 Diperbarui: 4 September 2019   20:21 7191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, hedonis sejati justru bisa kendalikan nafsu-nafsu dalam diri.

Sayangnya, banyak manusia modern hanya menjalankan bagian pertama dari ajaran Aristippus tadi. Tak heran, banyak orang menghalalkan segala cara untuk lekas meraih kekayaan.

Kembali ke makna semula hedonisme
Mari kita kembali ke makna hedonisme seperti saat pertama kali dicetuskan Aristippus pada abad kelima SM.

"Saya menguasai (kesenangan hidup), tapi saya tidak dikuasai olehnya." 

Boleh saja mencari harta, tapi jangan sampai dikuasai olehnya. Sah-sah saja memiliki mobil dan barang-barang mewah, tapi jangan sampai diri kita diperbudak oleh kemewahan itu.

Aristippus tidak melihat harta sebagai sesuatu yang pada dirinya sendiri bersifat jahat. Asalkan kita tidak hidup menghamba pada harta saja, memiliki dan mencari harta itu sesuatu yang wajar.

Karena itu, Aristippus menjadi filsuf Yunani pertama yang secara terang-terangan meminta bayaran dari para muridnya. Apa yang dilakukan Aristippus ini melawan arus utama pada zamannya. 

Berani berkata "cukup"
Kapan kita menjadi hedonis? Sukant Ratnakar, seorang penulis dari India dalam bukunya Open the Windows: To the World around You (2001) mengatakan "Saat cukup itu tak lagi cukup, seorang hedonis dilahirkan."

Tentu saja, Ratnakar memahami hedonisme seperti pengertian modern, yang juga dimuat dalam KBBI. Akan tetapi, di balik kalimat itu, Ratnakar secara tersirat menunjukkan bahwa gaya hidup hedonis bisa dilawan dengan pengendalian diri.

4 Cara Menjadi Hedonis Sejati yang mampu mengatakan cukup:

  1. Membeli apa yang benar-benar kita perlukan
    Biasakan bertanya diri,"Apa barang yang sudah kupunya sudah tak berfungsi atau sudah jelek sehingga aku perlu membeli barang baru? Apakah aku harus membeli dua kalau ternyata satu saja sudah cukup? Apakah aku harus membeli barang bermerek atau cukup barang yang lebih murah dengan fungsi yang sama?"

  2. Memanfaatkan barang dengan cermat dan memeliharanya seawet mungkin
    Semakin kita rajin membeli barang baru tanpa mau merawat barang lama, semakin boros pengeluaran kita dan semakin banyak sampah yang kita hasilkan.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun