Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Cari Dukungan Politik di Rumah Ibadah, Saleh atau Salah?

15 Februari 2019   03:20 Diperbarui: 15 Februari 2019   04:02 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.rainbowtoken.com

Kritik Yesus terhadap ahli Taurat dan orang Farisi
Injil memuat kritik Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi yang cari pujian dan pengakuan di rumah ibadah:

"Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang  yang lebar dan jumbai  yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.

(Injil Matius 23:1-8)

Caleg beribadah
Siapa pun, caleg dari partai mana pun sangat disambut baik untuk datang mengikuti ibadah di rumah ibadah. Tak ada yang salah bila caleg, capres datang beribadah di gereja, misalnya. Namun, motivasi kehadiran di tempat ibadah hendaknya murni untuk ibadah, bukan mencari dukungan dan pengakuan. 

Baik sekali bila caleg aktif dalam kegiatan di gereja, tapi hendaknya hal ini dilandasi motivasi tulus, bukan semata untuk mengejar fulus dan kuasa.

Bahwa kehadirannya di tempat ibadah secara rutin dan keaktifannya berderma dan berorganisasi nantinya mengundang simpati calon pemilih, itu efek samping saja yang natural. Katakanlah, itu bagian dari "pahala" dari Tuhan untuk orang yang rajin beribadah bersama orang lain dan rajin berbuat baik.

Satu-satunya yang paham kesalehan sejati
Meski begitu, toh kehadiran (calon) politisi (kristiani) di rumah ibadah -secara rutin sekalipun-tak otomatis menjadikan seorang (calon) politisi (kristiani) saleh. Kesalehan sejati yang bisa menilai hanya Tuhan. Tuhan tahu apa isi hati dan motivasi sejati kita saat beribadah di rumah ibadah.  Tuhan tahu, apakah ibadah kita di rumah ibadah itu untuk memuji-Nya atau untuk mencari dukungan dan pengakuan dari manusia.

Tuhan tahu, apakah kita benar-benar saleh, pura-pura saleh, atau sebenarnya salah. Salah mempolitisasi agama. Menyalahgunakan doa, ibadah, dan rumah ibadah untuk menggapai kuasa dunia demi kepentingan egoistik dan kelompok. Menyalahgunakan ayat suci untuk kepentingan politik duniawi. Memperalat pemuka agama untuk kepentingan egoisnya. 

Pada akhir zaman nanti, yang saleh, yang pura-pura saleh, dan yang salah -saya yakini- akan diadili Tuhan juga menurut ukuran ini: apakah engkau telah menyalahgunakan hal-hal suci untuk nafsumu berkuasa?

Sekian dan mohon maaf jika kurang berkenan, saya hanya berpendapat dari perspektif saya. Salam persaudaraan. Salam Pemilu Luber Jurdil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun