Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indahnya Saat Anak-anak Saling Bersaudara di "Kota Toleransi" Kudus

20 Januari 2019   17:13 Diperbarui: 21 Januari 2019   09:25 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Kudus di Jawa Tengah telah dikenal sebagai kota yang sarat dengan sejarah dan praktik toleransi antarumat beragama. Salah satu contoh nyata penghargaan akan masyarakat berbeda agama telah dipraktikkan Sunan Kudus (lahir 1400). 

Hasanu Simon, penulis Misteri Syekh Siti Jenar: Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa, mencatat bahwa Sunan Kudus cenderung mengikuti gaya Sunan Kalijaga dalam berdakwah. Sunan Kudus menghargai adat dan kebiasaan masyarakat yang masih berlaku saat itu.

“Sunan Kudus sering menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang tertera dalam Surat Sapi Betina, Surat Al-Baqoroh. Dalam acara-acara pesta, Sunan Kudus tidak pernah menyembelih sapi karena hal itu akan melukai hati pemeluk Hindu yang masih merupakan agama mayoritas penduduk Kudus. Sebagai gantinya Sunan Kudus akan menyembelih kerbau,” catat Hasanu Simon.

Dokumentasi Menara Kudus oleh Anggita Adelina
Dokumentasi Menara Kudus oleh Anggita Adelina
Sementara itu, menurut Solichin Salam dalam Menara Kudus, sebuah cerita rakyat yang lestari di Kudus menyebutkan bahwa masyarakat Kudus tidak pernah menyembelih sapi karena dahulu Sunan Kudus pernah merasa dahaga, kemudian ditolong oleh seorang pendeta Hindu dengan diberi air susu sapi. “Maka sebagai rasa terima kasih Sunan Kudus, masyarakat di Kudus dilarang menyembelih binatang sapi,” tulis Solichin. 

Kunjungan Persaudaraan di Panti Asuhan

Dok. Sr. Krista PI
Dok. Sr. Krista PI
Demi semakin mengeratkan persaudaraan di lingkup masyarakat Kudus, pada tanggal 18 Januari 2019, Kelompok Bermain, TK dan SD Cahaya Nur, Kudus (yang bernaung di bawah Yayasan Penyelenggaraan Ilahi Indonesia cabang Semarang) mengadakan kunjungan persaudaraan ke Panti Asuhan Melati, sebuah panti yang dikelola sebuah yayasan Islam, yang beralamat di Jalan Ganesha Kudus.  Kunjungan ini sekaligus merupakan perwujudan dari visi sekolah yang dikelola para suster Penyelenggaraan Ilahi ini, yakni sekolah yang berfokus pada pendidikan karakter COIS: cerdas, otentik, iman akan Penyelenggaraan Ilahi, dan solider. 

Tradisi Sejak 2017

Menariknya, sudah sejak tahun 2017, dalam rangka menjalin persaudaraan sejati dengan masyarakat di Kudus, sekolah Cahaya Nur Kudus yang berciri pendidikan Katolik mengadakan kunjungan persaudaraan ke panti-panti asuhan yang dikelola lembaga dan yayasan Islam di kota Kudus.

Kunjungan persaudaraan ini diikuti oleh sepuluh anak TK B, 24 anak SD, tujuh guru TK dan SD, sepuluh mitra Cahaya Nur. Kedatangan rombongan dari Cahaya Nur ini disambut hangat oleh Bapak Drs. Mohammad Sujadi, pemimpin yayasan yang keempat, para pengurus yayasan dan 30 warga Panti Asuhan Melati.

Bapak M. Sujadi menjelaskan secara singkat sejarah PA Melati yang didirikan pada tahun 1984 di atas tanah seluas dua hektar atas prakarsa seorang dokter ahli bedah yang dermawan. PA Melati senantiasa menanamkan nilai kejujuran pada diri seluruh anak asuh, mulai usia SD sampai SMP.

Pentas Seni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun