Mohon tunggu...
Bobby Andhika
Bobby Andhika Mohon Tunggu... -

Profesional bisnis perkapalan, pecinta sejarah dan pemerhati masalah sosial. Pernah menduduki jabatan CEO di beberapa perusahaan perkapalan nasional dan internasional. Sekarang tinggal di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah Non-Muslim Menjadi Pemimpin di Indonesia?

10 Oktober 2016   05:34 Diperbarui: 10 Oktober 2016   07:28 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tersenyum pada saat seorang sahabat lama saya yang berbeda ke-iman-an dengan saya bertanya dengan cukup serius,

"Jadi non-muslim tidak boleh jadi pemimpin di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim?"

Senyum saya adalah senyum khas "bangsa Indonesia yang ramah", yang kalau tidak bisa menjawab ya senyum.... he5

Tapi kalau memakai sifat lain yaitu "sok tahu walau kurang ilmu" maka saya akan menjawab, "Mungkin saja non-muslim menjadi pemimpin, dan buktinya sudah terjadi kan? Bahkan dari sisi statistik dibandingkan negara lain, even negara barat sekuler sekalipun, toleransi muslim Indonesia untuk menerima pemimpin non-muslim terbukti jauh lebih tinggi"

Kenapa bisa begitu?

Tetap dengan gaya sok tahu walau kurang ilmu, pertama-tama saya akan menjawab karena muslim sejatinya adalah kelompok yang didorong untuk selalu belajar dan berfikir (ayat pertama bukanlah menyuruh untuk beriman, tetapi perintah untuk membaca); dan hal itulah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tafsir yang terus didiskusikan dikalangan ulama dan pemikir Islam... ingat ya, untuk didiskusikan, bukan untuk diperdebatkan... tahu kan bedanya? contoh kecil, kita boleh berdiskusi mana yang lebih bagus lagu Tetap Dalam Jiwa-nya Isyana atau Kali Kedua-nya Raisa... tetapi nggak perlu berdebat mana yang lebih cantik...

Kedua, dalam mekanisme demokrasi yang secara sadar dipilih oleh mayoritas muslim di Indonesia, tidak semua pemimpin itu "dipilih", karena pemimpin yang sudah dipilih, diberi kesempatan untuk "memilih dan mengangkat" pemimpin lainnya...

Pemimpin yang akan mengikuti pemilihan bisa memilih wakilnya yang non-muslim sebagai pendampingnya... Presiden yang muslim, bisa saja dan terbukti sudah memilih sebagian non-muslim untuk menjadi menteri memimpin departemen-departemen di dalam pemerintahan yang dipimpinnya...

Lalu apakah pemimpin atau Presiden yang muslim tersebut melanggar surat yang sekarang sedang dihebohkan itu?

Nah kalau itu terpaksa saya hanya bisa memberikan senyum, karena seperti yang saya sebut di atas, perbedaan tafsir masih didiskusikan dikalangan para ulama dan pemikir Islam...

Ingat ya... didiskusikan... bukan dibodohi.... *tetep nunggu permintaan maaf 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun