Mohon tunggu...
Bob Bimantara Leander
Bob Bimantara Leander Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalau gak di radar ya di sini

Suka menulis yang aku suka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selayang Pandang Lain dari Pendapat Hansol Tentang S1

28 Maret 2019   15:15 Diperbarui: 28 Maret 2019   15:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selayang Pandang Lain dari Video Hansol Tentang S1

Adalah Video berjudul "Yang Merasa S1 Gak Penting Tonton Video Ini Dulu" yang memotivasi saya untuk menulis artikel ini. Hansol adalah nama pemilik akun Korea Reomit yang mengunggah video itu di youtube. Video tersebut telah ditonton hampir satu juta (saat tulisan ini disunting).

Inti dari video tersebut mengajak para pemuda yang berusia 20 tahun-an untuk mempertimbangkan pentingnya kuliah. Hansol orang korea yang medok (berbahasa jawa) ini mengambil perspektif orang tua untuk menggambarkan keadaan kalau kita ingin hidup sukses kelak, yang mana sukses secara ekonomi, kita harus kuliah S1.

Tapi bukan hanya kuliah S1 saja, Hansol juga mengatakan bahwa penontonnya, yang rata-rata berumur 20-29 itu sebaiknya kuliah di universitas terbaik. Dalam hal ini, ia mencontohkan University National Seoul atau Universitas Negeri Seoul yang pernah mendapat pringkat 7 universitas terbaik sedunia.

Masalahnya, kata Hansol, adalah untuk mencapai situ tidak mudah. Perjuangan, dan pengorbanan waktu dan tenaga harus tercurahkan secara penuh untuk mendapat gelar sarjana di universitas bergengsi tersebut. 

"Siswa Korea itu dari pagi sampai malam terus menerus belajar. Belum lagi bimbel sampai pagi hari. Mereka tidur sebentar subuh baru bangun dan belajar lagi," ujar pria yang menguasai tiga bahasa tersebut.

Untuk apa kita harus masuk ke universitas tersebut dengan susah payah? Jawabannya satu. Menurut Hansol, kalau kita masuk universitas terbaik itu -- kalau di Indonesia mungkin UI, UGM, IPB lah -- karir kita akan mudah. Maksudnya, kita akan lebih gampang diterima masuk perusahaan yang bergengsi dan gaji yang bombastis pastinya jika dibandingkan dengan mereka yang universitasnya gak jelas.

Bukan hanya itu, meskipun nanti para lulusan Universitas terbaik itu berakhir menjadi pengangguran. Kata Hansol, secara sosial mereka tidak malu-maluin. In another word, mereka masih punya wibawa ketika dipandang masyarakat umum jika dibanding mereka yang kuliah di universitas tak dikenal atau bahkan yang tidak kuliah.

Penjelasan Hansol memang menawan. Namun, satu yang perlu digarisbawahi, yakni Hansol dalam videonya sering menggunakan pendapat  orang lain untuk merujuk pada kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Seperti contoh diatas, dan masih banyak lagi ujaran dalam videonya yang seolah-olah kalau hidup sukses itu bukan karena kita yang ingin untuk itu tapi sukses biar gak "takut" jika dipandang orang lain. Emang ini hidup sono bukan hidup kite? Mungkin itu yang akan ditanyakan orang Betawi. 

Memang perlu, untuk bekerja kelak kita pasti membutuhkan pandangan orang lain. Hansol sukses mengibaratkan keadaan tersebut begini: suatu HRD pasti juga ingin tau kita alumni universitas mana dan pernah aktif sebagai apa dan bla bla bla atau yang saya ringkas sebagai CV (Curriculum Vitae).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun