Mohon tunggu...
Budhi Masthuri
Budhi Masthuri Mohon Tunggu... Seniman - Cucunya Mbah Dollah

Masih Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inovasi dan Penguatan Modal Sosial: Belajar dari Kota Yogyakarta

3 Agustus 2021   14:34 Diperbarui: 3 Agustus 2021   14:43 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengalokasikan anggaran yang distribusikan dalam bentuk fasilitasi kegiatan pertanian, seperti alat pendukung, bibit, media tanam dan  pupuk. Selain itu juga ada pelatihan, bimtek dll. Sedangkan sektor swasta, yaitu peruahaan/pertokoan di sekitar RW 13 Kampung Karangwaru Kidul membantu sarana-prasarana pendukung seperti bergola, seragam, dll. 

Dana-dana tersebut sebagian juga dialokasikan untuk membantu warga dan anggota Kelompok Tani Tanem Tuwuh yang mengalami kesulitan, kemalangan, musibah dll. Mereka tidak keberatan, karena meyakini suatu saat jika mengalami hal sama juga akan mendapatkan bantuan. Untuk mewarat kepercayaan itu, pendapatan maupun pengeluaran dicatat oleh Bendahara dalam pembukuan, dan dilaporkan dalam pertemuan setiap pertemuan sebulan sekali.

 Berbagai macam sayur mayur, termasuk cabai keriting, dan tanaman herbal obat-obatan ditanam dalam sentra urban farming Kelompok Tani Tanem Tuwuh. Perawatan dilakukan bersama warga secara bergilir. Belakangan bahkan anak-anak muda usia remaja juga mulai melibatkan diri. Mereka memiliki jadual rutin menyiram dan merawat tanaman setiap harinya. 

Selain sayur mayur dan tanaman obat, Tanem Tuwuh juga sempat membudidayakan ikan Lele dan Nila. Setiap masa panen, informasi dibagikan melalui WAG warga. Pemesanan dapat dilakukan sesuai kebutuhan agar yang lain tetap memperoleh bagian, misal pembelian kangkung dibatasi hanya 5 ikat. Semua hasil pertanian dan budi daya ikan yang dihasilkan dijual lebih murah 25% dari harga pasar.

Menanam, merawat, dan memanen tanaman hanyalah satu hal positif yang didapatkan dari kegiatan Kelompok Tani Tanem Tuwuh. Selain itu, yang paling mendasar adalah warga memiliki arena untuk berkumpul, bersosialisasi, saling berkomunikasi dan kordinasi. Sesuai dengan tujuan awalnya, Tanam Tuwuh ingin menggugah kesadaran masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat yang lain. 

Dengan adanya komunitas Tanem Tuwuh ini, warga yang awalnya sangat jarang bertemu untuk berkumpul, menjadi lebih sering berkumpul untuk sekadar berbincang-bincang, saling sapa, guyup rukun, senam bersama sebulan sekali, jalan santai keliling kampung seminggu sekali, dan memasak dilanjutkan makan bersama dari hasil tanaman yang dipanen. Lokasi lahan urban farming Tanem Tuwuh yang memang ditata secara apik, menjadi arena berkumpul untuk membangun kebersamaan dan guyub rukun warga.

Untuk mengkomunikasikan informasi tertentu kepada warga anggota Tanem Tuwuh, dilakukan melalui Pengurus RT/RW setempat. Misalkan jika akan ada event yang harus diikuti, akan kedatangan tamu, atau ada rencana besar lainnya, maka pengurus kelompok tani mengundang Perangka Desa dan RT/RW untuk menyampaikanya kepada warga Tanem Tuwuh di RW 13 Kampung Karangwaru Kidul.

 Inovasi, Modal Sosial dan Distribusi Keejahteraan

  •  Komponen Modal Sosial

 Kelompok Tani Tanem Tuwuh, dalam konsep modal sosial menurut Putnam adalah termasuk komunitas warga. Bisa bertahan dan memberikan manfaat bagi lingkungannya karena memiliki modal sosial yang cukup kuat. Hal ini dapat dijelaskan melalui tiga komponen modal sosial, Jaringan Sosial (social network), Kepercayaan (trust), dan Norma-Norma (norms) yang menjadi aturan main.

  • Jaringan Sosial (Social Network)

 Terdapat kohesivitas jaringan yang baik dalam Kelompok Tani Tanem Tuwuh. Kohesivitas dihasilkan dari hubungan interpersonal yang terjadi cukup inetensif antara sesama anggota Tanem Tuwuh. Ini dapat dilihat dari aktivitas bersama untuk pengelolaan pertanian sekaligus kebersamaan melalui kegiatan senam bersama, jalan sehat susur kampung, sampai memasak  bersama hasil panen lalu makan bersama. Di dalam kebersamaan tersebut terjadi obrolan terbuka, dari soal-soal yang sederhana sehari-hari, sampai yang serius mengenai pengelolaan komunitas mereka.

Komunikasi dan kordinasi menjadi bagian penting pembentuk jaringan sosial warga Tanem Tuwuh. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembagian tugas perawatan tanaman, ada yang mendapat tugas menyiapkan bibit, pembibitan dan media tanam, menyiram, dan melakukan perawatan lainnya. Penjualan hasil panen juga terinformasi dengan baik melalui WAG, sehingga semua warga memperoleh kesempatan untuk membelinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun