Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... Guru - English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Keikhlasan

30 September 2022   21:15 Diperbarui: 30 September 2022   21:37 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-rodnae-productions-7249374

MENJAGA KEIKHLASAN

Bagaimana menjaga keilhlasan sementara untuk menjadi ikhlas itu tidak mudah. Ikhlas berarti menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT.  Sadar bahwa apa yang kita miliki di dunia ini hanya sementara, titipan dari Sang Pencipta. Menjaga keikhlasan sebenarnya lebih kepada membuka hati dan pikiran menerima setiap dinamika kehidupan dengan kebesaran jiwa.

Menjadi ikhlas ketika kita memandang masa lalu sebagai pembelajaran hidup yang harus diperbaiki dan merelakan apa yang tidak menjadi milik kita. Sebagai contoh ketika saya lulus SMA, saya ingin sekali melanjutkan belajar di suatu universitas, namun apa daya karena kondisi keuangan orang tua yang tidak memungkinkan memaksa saya untuk mengadu nasib untuk mendapatkan pekerjaan. Bersyukur tidak perlu lama menganggur akhirnya ada lowongan untuk menjadi abdi negara dan jika lulus menyandang pangkat Sersan Dua (Serda).

Perjuangan selama mempersiapkan test kurang lebih satu bulan. Masih teringat setelah sholat subuh berlatih berlari di sepanjang jalan tol di Surabaya yang sedang di bangun. 

Jalanan tol sudah halus namun belum dioperasikan kendaraan untuk melintas. Saat itu di bulan puasa, tetapi saya dapat menahan rasa haus dan lapar walau saya harus berlatih berlari. 

Saya berlari secara bertahap beberapa kilo meter dengan kecepatan konstan. Berikutnya dengan jarak lebih jauh dan masih tetap dengan kecepatan yang sama. Saya berlatih untuk endurance atau ketahanan tubuh saya dan bukannya untuk menjadi juara lari.

Di hari-hari berikutnya saya mulai mempercepat lari saya dengan jarak terjauh yang pernah saya lewati. Ketika melakukan latihan lari tidak ada yang mengarahkan namun lebih kepada naluri dan pemikiran yang saya miliki bahwa saya harus dapat mengukur diri dengan kemampuan sendiri. Lambat laun lari terasa ringan dan bukan menjadi beban.

Pada siang hari saya beristirahat sambil membaca beberapa buku tentang pengetahuan umum juga berlatih menggambar pohon dan orang juga berhitung. Saya mendapat info dari beberapa orang yang pernah mengikuti test masuk TNI. Dengan berbagai persiapan, saya yakin akan lolos. Hal terpenting yang akan menghantar saya untuk berhasil adalah doa. 

Sholat lima waktu adalah saat terbaik untuk memohon kepada Allah agar saya diberikan kemudahan ketika melaksanakan test dan berhasil. Saya yakin bahwa Allah SWT akan mewujudkan harapan dan doa saya untuk menjadi tentara serta menjadi kebanggaan keluarga.  Doa dari orang tua juga menjadi penyemangat saya untuk mewujudkan impian saya.

Seluruh rangkaian test saya jalani dari pagi hingga petang. Istirahat malam hanya beberapa jam saja.  Ada rasa was-was ketika setelah satu test dilewati dan kemudian diumumkan apakah saya masih terus mengikuti tahapan test berikutnya atau tidak. Di situ keikhlasan saya diuji, seharusnya saya tidak perlu was-was, namun kembali lagi karena saya adalah manusia yang tidak sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun