Sirine terdengar bersahutan memecah rintik hujan pukul 14.30 WIB. Dua kali sudah sirine itu terdengar. Pagi tadi, sekitar pukul 09.20 WIB, teriakan "Nguiiiiiiiing....nguiiiiing" itu sampai juga di telingaku. Salahkah????....Tak ada yang salah dengan sirine. Benda itu memang bertugas sebagaimana mestinya. Saya hanya tertarik untuk membahas sirine, terkait momen kemerdekaan yang dirayakan hari ini.
Saya ingin flashback ke zaman menjelang proklamasi. Saat itu, pastilah sirine juga sedang bekerja. Namun, lengkingannya tentulah dinantikan seluruh rakyat Indonesia. Bukti dan luapan kebahagiaan akan kemerdekaan.
Siapa yang tak ingin merdeka ketika itu????....Banyak bambu runcing yang berlumur darah. Banyak airmata yang membasahi bumi pertiwi. Banyak harta benda yang terkuras habis. Senjata melawan senjata.
Raungan garang sirine menjadi asa yang membebaskan. Lengkingannya menggema ke seluruh dunia. Bunyi sirine pulalah yang mewujudkan pengakuan dunia akan kemerdekaan di Indonesia. Ya, kemerdekaan adalah sebuah pengakuan. Pengakuan akan satu suara Indonesia yang dirangkum dalam teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Kini, sirine tetap bekerja. Setiap pejabat tinggi akan melewati suatu daerah, sirine setia berdendang. Tetap ada pengakuan dari suara yang dikeluarkan sirine. Pengakuan bahwa ada 'orang penting' di belakang kendaraan yang membunyikan sirine. Pentingkah pejabat tinggi tersebut????....Ah, saya rasa tidak. Kasus korupsi yang dilakukan beberapa 'orang penting' itu tak juga dimejahijaukan. Penderitaan rakyat hanya dianggap nyanyian merdu pengantar tidur mereka. Ada juga 'orang penting' yang mengatasnamakan rakyat, tapi bertujuan untuk menguras uang negara, demi menebalkan dompet mereka.
Sepertinya, butuh sirine bagi para 'orang penting' seperti itu. Sirine yang mengeluarkan bunyi khas dan bisa membuat mereka jera. Apakah ada usulan bunyi sirine untuk mereka????....
17 Agustus 2010, orang tidak merdeka yang berteriak merdeka....