Mohon tunggu...
Demoda Suparto
Demoda Suparto Mohon Tunggu... -

manusia adalah manusia....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kaum yang Berengsek

20 Mei 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:25 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kitab suci, kita seringkali disuguhi cerita tentang kelompok/kaum penentang kedatangan seorang utusan Tuhan. Mereka menentang karena tak percaya Kerasulan/Kenabian baru. Beragam cara mereka lakukan untuk memusnahkan ajaran Tuhan, tapi selalu kalah.

Dari Nuh dikisahkan tentang penentangan yang timbulkan petaka. Air bah meluap dan mereka yang mengimani kenabian Nuh selamat dengan bahtera. Nabi Ibrahim dikisahkan tentang penentangan Raja Namrud dan tak beriman atas wahyu yang dibawa-Nya. Ibrahim dibakar tapi tak membuatnya meninggal.

Kisah Nabi Musa dengan Firaun sebagai tokoh antagonisnya juga demikian. Dalam epik ini, Nabi Musa berhasil membelah laut merah untuk dilintasi para pengikutnya. Firaun beserta pasukannya tenggelam. Kisah nabi Isa juga demikian. Ia bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Nabi Muhammad juga berhasil menang kala berperang dengan para musuh. Semuanya berakhir dengan gemilang.

Semua penentangnya tersebut terang-terangan melawan Kenabian para Rasul tersebut. Mereka tegas menolak, tanpa pernah ragu atau bersembunyi. Mereka melawan sampai titik darah penghabisan. Mereka juga tak kenal takut mati dengan bertopeng seolah-olah jadi pengikutnya. Namun, seiring perkembangan zaman, metamorfosis terjadi.

Saat ini, banyak kaum beriman yang jauh dari ajaran agamanya. Mereka taat beribadah tanpa absen. Tak lupa pula mereka rajib memanipulasi banyak hal untuk keuntungan dirinya sendiri. Berdusta demi sesuatu yang menurutnya berharga meski sangat terang hakl itu dilarang ajaran agama.

Satu sisi mereka menerima ajaran Rasul. Di sisi lain, mereka menentangnya dengan perbuatan berengsek, bejat. Rajin beribadah tapi berkelakuan binatang. Ini kategori baru karena mereka tak berani menentang seperti halnya Namrud, Firaun, atau lainnya. Bersembunyi dibalik topeng ketaqwaan nan gemilang, tapi berhati busuk. Inilah fenomena nyata sehari-hari kita.

Andai saja ada gateway detector untuk deteksi kemunafikan seseorang di setiap rumah ibadah. Saya berharap alat tersebut tak mendeteksi keanehan pada mereka yang sedang beribadah. Namun, jika menangkap deteksi tersebut, lebih terhormat mana, para penentang dahulu atau mereka yang ”sok” beriman tapi berkelakuan bejat selayaknya para penentang zaman baheula tersebut?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun