Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggoreng Guru Penggerak Biar Cuan, Seolah Peduli Pendidikan di Medsos?

11 April 2025   17:21 Diperbarui: 11 April 2025   21:11 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru Penggerak diolah menggunakan Canva untuk Kompasiana (Dokumen Pribadi)

"Heboh soal Guru Penggerak bukan soal kualitas, tapi soal cuan. Banyak yang jual empati dan Antipati, padahal yang dicari cuma engagement."

Belakangan ini, linimasa media sosial ramai dengan perdebatan tentang Program Guru Penggerak (PGP). Tagar-tagar penuh semangat bermunculan, mulai dari "#SelamatGuruPenggerak hingga #GuruBiasaJugaBerharga. Adapula berbagai tulisan berupa artikel, status media sosial yang menyudutkan guru penggerak. 

Tapi di balik semaraknya dukungan dan kritik itu, terselip satu pertanyaan penting: benarkah semua yang bersuara itu peduli pendidikan, atau seolah-olah peduli pendidikan. Atau hanya sedang menggoreng isu demi cuan? Yuk, kita bicarakan melalui tulisan ini, secara gamblang!

Dari Perdebatan Jadi Konten

Program Guru Penggerak yang awalnya dirancang untuk memperkuat kepemimpinan pembelajaran di sekolah, kini malah menjadi bahan konten viral. 

Sebagian orang memanfaatkan momen ini untuk membuat unggahan yang dramatis - kadang menyentuh, kadang menyulut emosi - dengan narasi seakan membela guru-guru yang tak terpilih atau merasa tersingkir. Bisa pula mewakili guru yang merasa diskriminatif dengan adanya program guru penggerak.

Tak sedikit akun-akun besar rutin bicara soal pendidikan, melalui chanel youtube berupa podcast pendidikan tentang guru penggerak berulang-ulang, bahkan berepisode. Secara selektif memilih isu tersebut untuk menaikkan engagement. 

Ketika Program Guru Penggerak menjadi perbincangan hangat, mereka pun ikut "menggoreng" dengan judul-judul bombastis: 

"Guru Penggerak = Guru Elit?", "Nasib Guru Biasa: Dilecehkan di Negeri Sendiri", "Diskriminasi Guru Melalui Program Guru Penggerak", dan banyak lagi judul lainnya yang bernada provokatif. Antara judul dan isi podcast kadang tidak selaras, dan tidak memberikan solusi apa-apa buat kemajuan dunia pendidikan.

Begitupula, dengan artikel yang dibuat oleh seorang penulis, terkadang dibuat berulang-ulang, hanya tulisan di parafrase, supaya terkesan pembahasan baru tentang guru penggerak. 

Bagi pembaca jeli, atau seorang pembaca yang sering membaca gaya bahasa penulis tersebut, hanyalah pengulangan, tidak ada hal baru dan membosankan.

Apakah semua itu bentuk kepedulian? Atau hanya sekadar strategi branding demi cuan dari views, like, dan follower? jangkauan yang luas dari sebuah konten.

Ironi: Yang disuarakan Bukan yang Dialami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun