Para dosen yang mengajarkan mata kuliah di kampus, yang banyak jam mengajarnya, bahkan terkadang seharian dikampus. Menyenangi mie instan direbus di kantin kampus, karena kebanyakan para dosen yang mengajar sekarang, juga dulunya sesama aktivis di kampus saat menjadi mahasiswa.
Nasib berpihak lebih baik, kepada seorang teman yang dulunya juga Ketua HMJ, dan waketum di Senat, sama-sama bermalam disekretariat kampus, sampai saat ini tidak bisa lepas, tiap pagi dan sore sarapan mie rebus di kantin kampus.
Kalau sampai mie instan dinaikkan, hingga mencapai tiga kali lipat di kantin kampus, atau di warkop yang juga ada di sekitaran asrama mahasiswa, apa jadinya?.
Mie instan, yang dulunya murah harga seribuan, sekarang saja sudah mencapai Rp.2500 perbungkus. Kalau dinaikkan, tiga kali dari harga semula, bisa menjadi Rp.12.500- 15.000,-.
Bahkan di toko online, dijual dengan harga dikisaran Rp.2.800 perbungkus untuk mie instan kaldu ayam, Mie goreng sedaap mie, mencapai harga Rp.2.900 perbungkus.
Wow, bisa menjerit para civitas akademik di kampus. Mie instan bukan lagi menjadi makanan ramah kantong buat mahasiswa, dan pavorit bermalam di kampus bagi aktivis. Dan juga disaat tanggal tua.
Masa sebungkus mie instan, setara dengan sebungkus nasi dan ayam, paket hemat (Pahe), di warung jenggo, pedagang kaki lima. Rasanya tidak lucu.
Mie instan, makanan praktis, yang cukup disiram air panas, ataupun direbus, sudah bisa di sajikan. Yang sangat digemari oleh berbagai kalangan.
***
Harga Mie instan sudah mahal, jangan tambah mahal
Dari segi harga mie instan sekarang sudah tergolong mahal, dengan berbagai merek dan varian rasa mie yang di sajikan. Kebijakan Pemerintah menjaga ke stabilan harga mie instan, tidak di naikkan sangat di harapkan.Â
