Isu bakal naiknya mie instan menjadi tiga kali lipat, terlontar dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin limpo, yang menyebutkan kenaikan harga gandum di pasaran dunia, akan berimbas naiknya harga mie instan.
Mie Instan dan pegiat kampus
Aktivis (pegiat) kampus di tahun 1994, ketika penulis menjadi mahasiswa dan tergabung dalam senat, dan Himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) di Universitas, mie instan menjadi menu wajib, ketika bermalam di sekretariat kampus.
Dibelakang kampus, ada kantin yang bisa buka sampai 24 jam, ketika ada kegiatan Orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek), dan di saat orientasi masuk Asrama (Otama), maupun perkemahan senin-kamis (Persami), teman aktivis yang hobi pramuka.
Disana tersedia mie rebus ditambah sebutir telor ayam, benar-benar makanan yang tiada duanya buat mahasiswa. Bahkan berbagai aktivis jaman dulu, memang suka bermalam di kampus. Menyusun berbagai kegiatan, sambil nongkrong bareng di kantin kampus menikmati secangkir kopi dan mie rebus.
Mie instan yang direbus, tergolong tidak mahal dan ramah dengan kantong mahasiswa. Mie instan direbus, paket lengkap pakai telor hanyalah Rp.2500,-. Dan memang waktu itu perbungkusnya, masih berkisaran diatas seribu rupiah.
Mie instan, memang makanan murah meriah dan sangat pas sebagai pengganjal perut ketika menunggu dosen belum datang, di kantin kampus. Dan ketika penulis berkunjung kekampus baru-baru ini, untuk sekedar melegalisir ijazah, kantin kampus sudah menjadi bagus.
Dulunya, hanya warung makan terbuat dari kayu, yang dibuat seadanya di belakang kampus. Sekarang sudah dibuat permanen, dengan bangunan yang bagus, tidak kalah dengan tempat makan di cafe, ataupun warkop di pusat perbelanjaan.
***
Mie Instan dan Civitas Akedemik
Mie instan, dikampus bukan hanya makanan pavorit mahasiswa yang tergabung di organisasi kampus, tapi semua civitas akademik. Civitas akademik terdiri atas Dosen dan mahasiswa.
