Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Benarkah Pok-pok, dan Parakang Itu Ada?

2 Oktober 2022   07:03 Diperbarui: 2 Oktober 2022   07:09 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan menuju kampung K saat bertugas (Foto Istimewa/RIDUANNOR | Dokumen pribadi

Tapi buatku, waktu itu cerita-cerita yang di sampaikan oleh Pak S, tak lebih sebuah mitos yang setiap daerah, punya cerita sendiri. Dikalimantan juga punya mitos makhluk jadi-jadian bernama "Kuyang", apa bedanya kuyang, pok-pok, dan parakang?.

Rasanya sama saja, hanya beda penyebutan. Tapi kok masih ada mitos-mitos seperti itu di zaman modern sekarang ini. Aku memang terbiasa berpikir realistis, dan kurang mempercayai yang sipatnya tahayul.

Saat tugas di daerah transmigrasi, aku juga tinggal sendiri di sebuah rumah, dipermukaan bukit yang kiri-kanannya hanyalah hutan. Kalau malam, sunyinya mencekam. Tidak ada listrik, gelap. Hanya berteman lampu lentera kapal sepanjang malam. Dan suara jangkrik.

Secara kasat mata, tidak pernah aku bertemu dengan sosok ghaib yang membuat rasa takut, menampakkan  diri ketika berbaring di dipan kayu yang ada di kamarku. Atau saat di dapur, memasak makanan sendiri, ditemani lentera yang cahayanya meliuk-liuk ditiup angin.

Di Kampung K agak lumayan, listrik PLN sudah masuk. Dan lampu sudah menyala 12 jam, walaupun hanya pada malam hari. Terkadang juga mati lampu, kalau ada pohon yang rebah menimpa kabel PLN. Bahkan lampu listrik bisa tidak menyala berminggu-minggu kalau dalam perbaikan.

*** 

Ketika, Aku menginjakkan kaki pertama kali. Aura kampung ini terasa beda. Aroma mistiknya terasa kuat sekali. Penduduknya tidaklah terlalu banyak, dan dihuni oleh suku tertentu. 

Aku tugas di kampung ini, ketika rame-ramenya film Kolor Ijo yang di putar TPI setiap malam secara berseri. Bila pemutaran flm tersebut, rumah warga yang mempunyai parabola, rame di serbu warga kampung yang ikut numpang nonton televisi.

Saat berada di kampung ini pula aku mulai dari awal lagi, beradaftasi menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan sekitar. Bilang orang lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Aku tinggal di sebuah rumah yang dulunya bekas posyandu. Rumah tersebut berada tepat dipinggir jalan raya. Kiri kanan, dan depan ada rumah warga. Tinggal disini tidak sesunyi waktu di daerah transmigrasi. 

Bahkan bisa dikatakan terlalu rame. Karena dikiri dan kanan penghuninya menyukai musik dangdutan dengan menggunakan salon besar, seolah saingan dalam memutar musik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun