Mohon tunggu...
Money

Pak Jokowi, Jangan Mengandalkan Payung Melobi Investor

13 April 2017   17:35 Diperbarui: 14 April 2017   02:00 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: tribunnews.com

Ucapan Presiden Jokowi di Desa Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon Jawa Barat, Kamis (13/4/2017) menunjukkan kalau dia gagal dalam menarik simpati Raja Arab Saudi untuk berinvestasi di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan Raja Salman hanya berinvestasi sebesar Rp89 triliun di Indonesia. Jumlah tersebut jauh dibandingkan investasi Raja Arab di Negara China. Jokowi sendiri mengaku kecewa terkait dengan jumlah invetasi tersebut. Namun ada yang menarik dari ucapan Jokowi pada kesempatan itu, Jokowi menyebutkan kalau dia telah memayungi Raja Salman saat hujan. Dan dia juga mengatakan kalau mengemudikan sendiri kendaraan yang membawa Raja Salman.

Ucapan Jokowi tersebut seperti menunjukkan kalau Jokowi hanya mengandalkan payung dalam menggaet investor. Terkesan jika memayungi akan membuat para pemilik modal dalam hal ini Raja Salman akan dengan mudah mengucurkan uangnya untuk berinvestasi di Indonesia. Padahal ada beberapa faktor yang menjadi alasan kenapa investor memilih negara tempat mereka menanamkan modal.

Sebut saja mulai dari nilai tukar mata uang, jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum. Sekarang kita lihat, nilai tukar rupiah masih lemah terhadap dollar amerika. Ini tentu menjadi pertimbangan bagi para investor, karena resikonya terlalu besar. Lalu tentang jaminan keamanan, para calon investor tentu akan melihat bagaimana jaminan keamanan dalam negara tersebut, karena dalam dunia bisnis, tentu memperhitungkan kemungkinan resiko keamanan. Dengan kondisi Indonesia saat ini tentu akan menjadi pertimbangan untuk para pemilik modal.

Selanjutnya stabilitas politik. Sejak Jokowi memimpin, terlebih lagi sejak Pilkada DKI Jakarta dimulai, politik Indonesia menjadi gaduh. Jokowi sebagai pemimpin Negara terlihat tidak mampu mengendalikan keadaan, dan seperti tidak punya solusi kongkrit dari persoalan yang membelit bangsa ini. Perpecahan akibat perbedaan pandangan politik semakin meluas, perbedaan makin meruncing. Dan Jokowi tidak hadir sebagai pihak yang menyelesaikan persoalan, malah ucapan dan tindakan Jokowi menambah kekisruhan.

Selanjut kepastian hukum. Untuk poin ini akan dipertimbangkan secara matang oleh calon investor, karena mereka tentu berpedoman kepada aturan yang ada di Negara tersebut. Tapi jika penegakan hukum tergantung penguasa, tentu pihak yang akan menanamkan modal berfikir ulang. Jangan sampai nanti saat mereka telah memasukkan uang begitu besar, tapi kenyataannya mereka dirugikan karena hukum tidak bisa ditegakkan dengan adil.

Saat ini penegakan hukum di Indonesia mendapatkan sorotan, karena banyak muncul adanya keberpihakan penegak hukum terhadap golongan tertentu. Ada ketidak adilan dalam penegakan hukum dan malahan ada yang menyebut hukum dijadikan senjata oleh penguasa menghabisi lawan politik.

Jadi, dari beberapa alasan orang memilih tempat untuk berinvestasi tersebut, Indonesia mungkin dianggap belum memenuhi standar atau syarat yang mereka mau. Sehingga mereka memilih Negara lain untuk menanamnkan modalnya. Jadi, sekedar saran untuk pak Jokowi, menarik investasi itu tidak cukup hanya dengan payung. Benahi dulu keadaan Indonesia saat ini, jangan malah menyampaikan kekecewaan yang sebenarnya kesalahan ada dalam pihak kita.

Sebagai calon investor, Arab Saudi tentu mempunyai hitungan matang dan telah meneliti Indonesia terlebih dahulu. Apakah saat ini sudah memenuhi syarat atau resikonya terlalu besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun