Mohon tunggu...
Blasius P. Purwa Atmaja
Blasius P. Purwa Atmaja Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan dan Pembelajar

Staf Pengajar di Yayasan TNH Kota Mojokerto. Kepala Sekolah SMP Taruna Nusa Harapan Kota Mojokerto. Kontributor Penulis Buku: Belajar Tanpa Jeda. Sedang membentuk Ritual Menulis. Email: blasius.tnh@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kolaborasi dalam Semangkuk Rawon

17 Oktober 2022   00:25 Diperbarui: 17 November 2022   20:55 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran kolaboratif (sumber:sekolahdasar.net)

Meskipun menyinggung-nyinggung tentang rawon, tulisan ini tidak sedang membahas masalah kuliner. Semangkuk rawon itu adalah perumpamaan saja tentang hasil akhir sebuah kerja sama atau kolaborasi. Perumpamaan tentang rawon itu saya gunakan karena saya tinggal di Jawa Timur. Bagi Anda yang di Jogja, Palembang, Padang atau tempat lain boleh menggunakan perumpamaan Gudeg, Pempek, Nasi Padang atau jenis makanan lain sesuai daerahnya.

Hidangan semangkuk rawon itu merupakan perpaduan berbagai unsur mulai dari daging sapi dan tulangnya yang merupakan bahan utama rawon hingga bumbu-bumbunya seperti kluwek atau keluak, serai, asam jawa, lengkuas, daun jeruk, bahkan ada tambahan  kecambah, dan telor asin sebagai pelengkap. Berbagai bahan dan bumbu itu secara proporsional diracik oleh seorang chef atau juru masak dan disajikan dalam semangkuk rawon.

Perumpamaan itu saya gunakan untuk menjelaskan perihal kolaborasi. Kolaborasi adalah salah satu elemen  dalam dimensi Gotong Royong Profil Pelajar Pancasila. Meskipun perumpamaan itu tidak terlalu tepat karena dalam sebuah masakan unsur-unsur yang bekerja sama itu merupakan benda mati, namun setidaknya ada kesamaan bahwa untuk mencapai sebuah sajian yang istimewa diperlukan kolaborasi atau perpaduan di antaran berbagai bahan dan bumbu.

Dalam kasus rawon itu, selain kolaborasi antara bahan dan bumbu-bumbu itu bukankah untuk menghadirkan berbagai bahan itu juga perlu dukungan dari peternak sapi, petani yang menanam sayur dan bumbu-bumbu, pabrik kecap, garam dan sebagainya. Dengan demikian, semangkuk rawon itu tetap saja dapat dijadikan contoh tentang kolaborasi.

Setiap Upacara hari Senin, para pembina upacara di sekolah kami,  harus memaparkan tentang dimensi-dimensi yang terdapat dalam Profil Pelajar Pancasila. Selain itu, kami tentu saja juga melaksanakannya dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Minggu ini adalah giliran saya untuk menyampaikan tentang kolaborasi dalam dimensi gotong-royong. Semoga saja pilihan perumpamaan yang saya pakai itu semakin mendekatkan konsep tentang kolaborasi itu dalam diri para peserta didik.

Sebenarnya saya juga bisa mengibaratkan kolaborasi itu dengan tampilan musik orkestra atau gamelan yang melibatkan para pemain alat musik yang beraneka ragam. Kontribusi yang proporsional dari para pemain alat musik yang berbeda-beda tersebut bisa menghasilkan permainan musik atau gamelan yang harmonis. Sebuah analogi yang tak kalah menarik tentang pentingnya kolaborasi.

Implementasi Kurikulum Merdeka

Sejak tahun pelajaran 2022/2023 ini, lebih dari 140 ribu sekolah telah memilih untuk melaksanakan implementasi kurikulum merdeka. Data ini bahkan dipamerkan oleh Mas Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, dalam paparannya pada forum United Nation Transforming Education Summit 2022, beberapa pekan lalu.

Salah satu bagian tak terpisahkan dari implementasi kurikulum merdeka itu adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila yang menjadi bagian dalam kurikulum merdeka tersebut di dalamnya terdiri dari enam dimensi, yaitu (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif

Tulisan ini berbicara tentang kolaborasi yang merupakan salah satu elemen dalam dimensi bergotong-royong. Kolaborasi adalah bekerja sama untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama. Tujuan bersama tersebut dalam sebuah kelompok atau organisasi kadang disebut juga dengan istilah visi. Agar keinginan, visi, atau cita-cita tersebut dipahami oleh seluruh anggota kelompok, perumusannya harus melibatkan dan menampung seluruh aspirasi dan visi anggota kelompok pula. Visi tidak hanya dirumuskan oleh pemimpin kelompok.

Kolaborasi Butuh Modal Komunikasi dan Kepedulian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun