Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Ke Seribu....

1 Desember 2020   22:25 Diperbarui: 1 Desember 2020   22:33 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
meme from R.L. Stine Goosebum

"Sebentar aku masuk ke akunnya," gumam Ario, "Nah ini, ga banyak sih di bio nya, hanya PP nya foto Suzana bersanggul, dan captionnya 'akun asli Suzana, cek TL dari dalam kubur.'' 

"Lucu juga tuh akun abal-abal," tawa Bobi menimpali.

"Memang kenapa Dru," kembali Ario mendesak Drupadi.

"Ah hanya ingin tahu," jawab Drupadi mencoba menutupi kecemasannya.

Ario merasa ada yang tidak mau dishare oleh Drupadi, namun Ia tidak mau mendesak. Ario terdiam sambil berpikir untuk nanti akan mengorek keterangan dari Drupadi lagi.  Memang diantara mereka bertiga, Dru adalah yang paling berbakat indigo.

Sore semakin meremang....

"Guys, tahu ngga dulu waktu aku masih SD, kalau pas adzan magrib seperti sekarang ini, kalau aku ga buru-buru ambil air wudlu, dijamin aku diomelin bapakku" Bobi mencoba mengalihkan topik, sambil tangannya mengecilkan volume lagu, seakan-akan berharap mendengan suara azan di jalanan yang sepi ini.

Ario ikut nimbrung singkat "aku juga seperti itu dulu..." lalu Ia lanjut setelah jeda, "Bapak ku juga sering bilang bahwa magrib kalau ga segera wudlu nanti kita di culik genderuwo."  Ario terus ngoceh, "Bahkan Aku juga baca kapan tahu, bahwa  di negara 'Paman Sam'  mereka menyebut waktu-waktu tersebut dengan twilight zone waktu-waktu yang rawan dengan kejadian-kejadian-kejadian aneh, terbukanya portal ke dunia lain...."

Belum selesai Ario menuntaskan ceramahnya, tiba-tiba suara GPS menimpali "you have arrived at your destination."

Ketika mobil sudah berhenti, mereka celingukan mencari rumah angker yang dimaksud, dibantu dengan sisa-sisa cahaya matahari terbenam.  Dari pinggir jalan itu belum kelihatan adanya rumah angker, hanya ada pagar karatan dan jalan pribadi yang ditumbuhi ilalang tinggi

"Wow menarik...." kata Ario sambil matanya jelalatan mencari rumah yang dimaksut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun