Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Cedera, Darah, Dana, dan Gunung Es Pembinaan Atlet

12 September 2019   14:15 Diperbarui: 13 September 2019   17:01 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bagian sprint menjelang beberapa putaran akhir inilah drama kejar-kejaran semakin memanas, ditambah penonton yang lebih histeris dan menggila. Perebutan posisi terdepan semakin ketat diwarnai saling susul menyusul di satu putaran penentuan itu. Akhirnya seluruh drama ini dimenangi oleh kedua atlet DKI. Alifia Namasta dan Naura Rahmadija berhasil menggondol emas dan perak.

Sesungguhnya pada putaran terakhir itu bukan tenaga lagi yang mendorong mereka. Karena tenaga mereka sudah terkuras habis. Menjelang garis finish mereka hanya didorong oleh spirit yang masih menyala-nyala. Selesai tugas hari itu meskipun kondisi sudah babak-belur, esok kembali menyongsong pertandingan di nomor lain.

Dok pri
Dok pri
Inilah paling tidak gambaran puncak gunung es pembinaan atlet cabor Speed Skating. Sementara di bagian bawah gunung es itu menyimpan banyak persoalan.

Salah satunya ya itu tadi cedera serius. Resiko cedera selalu membayangi jenis olah raga yang bisa dibilang termasuk dalam kategori olah raga ekstrem ini. Untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan di lapangan, diharapkan arena-arena sepatu roda yang akan datang dikerjakan dengan rapi berdasarkan standar yang sesuai.

Karena jika terjadi cedera serius, momentum sang atlet akan hilang untuk beberapa waktu. Belum lagi efek traumatis yang pada beberapa kasus perlu penanganan komprehensif karena secara mental sang atlet belum bisa pulih 100%. Jika ini yang terjadi maka performance atlet seperti dibatasi atap kaca yang tidak kelihatan, meskipun dia sudah berlatih sekeras apapun.

Kemudian perhatikan bahwa yang mengikuti Pra PON ini hanya 17 Pengda. Hal itu menunjukkan bahwa cabor sepatu roda di daerah lain belum berkembang maskimal. Bisa jadi karena mungkin kendala fasilitas, peralatan dan kepemimpinan/atlet senior di masing-masing daerah. 

Ambil contoh fasilitas berupa arena sepatu roda. Untuk membangun arena ini diperlukan biaya yang tidak sedikit bagi daerah. Sedangkan fasilitas berupa peralatan, tidak murah harganya bagi sang atlet untuk membelinya.

Belum lagi jika dihitung dengan lamanya pembinaan atlet. Mencetak otot, skill dan stamina atlet tidaklah instan. Ambil contoh kasus atlet Ananda Naura tadi. Dia sudah mulai ikut klub sejak kelas 3 SD. Pada saat itu Ananda hanya menikmati serunya permainan dan suasana akrab pertemanan di klub. Kemudian secara perlahan-lahan diperkenalkan dengan suasana kompetisi saat mengikuti kejuaraan antar klub yang berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain.

Sampai saat itu Ananada masih tetap lebih banyak menikmati serunya permainan dan pertemanan. Bangun pagi, persiapan, menuju lapangan, latihan 4x seminggu, menuju pertandingan di berbagai kota, dan masih banyak lagi kegiatan yang tidak bisa disebut satu persatu.

Selama proses ini sangat besar peran orang tua dalam hal ini ibunda dari Ananda Naura, karena tentunya Ananda masih belum bisa mandiri. Seperti yang pernah di katakan oleh Kevin Durant, salah satu pemain mahal di NBA Amerika. Saat menerima gelar MPV, Kevin Durant mengakui bahwa sejatinya yang MPV adalah Ibunya, Wanda Durant.

Selain itu saat mengikuti TC, para atlet yang hampir semua pelajar harus rela cuti sekolah selama 45 hari lebih. Selama ini para atlet harus berusaha 2 (dua) kali lebih keras dibandingkan para pelajar lain. Karena dia harus konsentrasi meningkatkan performance di cabornya dan juga pada saat bersamaan mengejar peringkat di sekolah yang kebanyakan berorientasi kaku kepada Ujian Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun