Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Papua Green Forest Warrior

5 September 2019   18:03 Diperbarui: 5 September 2019   18:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Triblonotus Gracilis (photo by irawan_subingar, www.pinterest.com)

"Hutan kita sangat luas. Masih banyak satwa yang kita belum tahu."

--- Gustaf Toto, Pimpinan/Ondoafi Adat Nechiebe, Papua.

                    Rasa sakit di lengan dan pusing di kepala, yang menyadarkanku dari pingsan.  Aku mendapati pergelangan tanganku diikat kuat dan ditarik di atas kepala.  Pergelangan kaki pun tak luput dari ikatan.  Aku hanya bisa bergantung tidak berdaya.  Bagaikan binatang...!  Mataku mencoba menyesuaikan retinanya dengan kondisi minim cahaya di ruangan itu.  Yang kulihat pertama kali adalah banyak botol-botol Xylazine & Carfentanil berserakan di lantai.  

Keduanya adalah obat bius hewan besar.  Sepertinya aku juga dibius dengan Carfentanil atau Xylazine.  Kemudian kusapukan pandangan mata ke sekeliling ruangan.  Ruangan berbentuk empat persegi panjang dengan hanya satu jendela, berdinding balok kayu ini ku taksir seluas 6x5 meter saja.  Banyak kotak-kotak kayu dan kontainer plastik disusun berjajar.  

Aku duga kotak kayu dan kontainer plastik itu berisi hewan-hewan langka yang akan diperdagangkan.  Sepertinya sebelum nanti dikirimkan, kotak kayu dan kontainer plastik itu digunakan dulu sebagai penyekat ruangan.    Agak keatas, bergantungan di dinding ada beberapa sangkar.  Kulihat di dalamnya ada burung langka seperti, Kuau Raja (Argusianus spp), Kasturi (Lorius spp), Junai Emas (Caloenas spp), Mambruk (Goura spp), dll.  

Di pojokan aku lihat ada semacam gundukan karung tergeletak.  Ikatan pada mulut karung terlihat sangat erat.  Meskipun begitu ada bagian bawahnya yang robek sedikit dan kulihat muncul ujung ekor ular, kalau dari pola kembangnya sepertinya itu adalah Sanca Albino (Phyton spp). 

Aku menduga kotak-kotak yang berjajar itu berisi berbagai jenis reptil dan hewan langka lain.  Reptil adalah salah satu primadona dalam rantai perdagangan hewan langka.  Di Amerika seekor kura-kura langka harga nya bisa 200-400 juta rupiah.   

Reptil bisa diselundupkan dengan mudah, ukuran tubuhnya kecil, setidaknya saat fase anak, tahan banting, dan karena metabolismenya berdarah dingin, dapat bertahan hidup relatif lama tanpa makan atau minum.  

Bau menyengat, menyeruak memenuhi ruangan.  Sepertinya adalah bau kotoran hewan besar.  Mustinya asal bau itu adalah dari luar.  Dalam bayangku, di luar ada beberapa hewan-hewan langka yang lebih besar di kandangkan secara sembrono.  "Bisa jadi ini adalah bentuk bagian dalam dari markas pemburu liar yang selama ini menjadi target pengintaian," gumamku dalam hati.  Melihat banyaknya kotak yang ada, nilai ekonomis di pasar gelap dari tempat ini, semuanya bisa mencapai beberapa puluh miliar, belum lagi jika dihitung satwa besar langka apapun yang ada di luar sana.

                    Mungkin karena pengaruh obat bius belum benar-benar hilang, aku hanya bisa mengingat sejauh mulai saat cokelat kopi selesai aku seduh : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun