Mohon tunggu...
Bayu Kanigoro
Bayu Kanigoro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Relevansi Adiksi Internet dengan Kondisi Saat Ini

1 Januari 2019   22:39 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:03 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hadi Hasymi; Varuliantor Dear; Bayu Kanigoro; Baud Prananto

Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika. Institut Teknologi Bandung. 

Adiksi internet pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Young pada tahun 1996 dengan pandangan bahwa internet dapat berdampak negatif baik secara psikologis maupun fisik terutama  bagi personal yang tidak mampu mengendalikan diri terhadap penggunaannya (Griffiths, 1996a; Young, 1996). Adiksi internet ini didukung oleh beberapa penelitian yang juga turut menyimpulkan bahwa adiksi internet perlu diwaspadai sebagai hal yang negatif (Block, 2008) (Cash et.al, 2012) (Manuel, 2015). Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat juga pandangan lain yang mengkritisi adiksi internet tersebut seperti yang diungkapkan dalam (Rachlin, 1990) (Walker, 1989), (Weinstein, 2014) (Gmel et.al, 2017). Adiksi internet dikritik dari aspek definisi hingga metoda yang digunakan untuk mengukur tingkat kecanduan seseorang.

Saat ini, perkembangan internet telah masuk kedalam hampir seluruh aspek kehidupan manusia dan terus mengalami perkembangan. Beberapa aspek yang telah menyatu dengan teknologi internet diantaranya adalah dunia pendidikan (Bates, 2015) (Canaleta et al., 2014), dunia kesehatan (Koller et al., 2001), hingga sektor ekonomi dan perbankan (Mano, 2014).  

Kondisi ini menunjukkan bahwa internet sudah mulai bergeser dari kebutuhan skunder atau tersier menjadi kebutuhan primer sebagai bentuk dari perubahan jaman atau yang dikenal sebagai age of information (Kaul et.al., 2011). Hal ini juga seirama dengan hasil kajian yang menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi suatu wilayah berkorelasi erat dengan pertumbuhan infrasturuktur telekomunikasi yang salah satu wujudnya dapat berupa internet (Colecchia et al., 2003). 

Hasil kajian  tersebut menjadi salah satu latar belakang negara-negara didunia dalam membuat program yang mendukung perluasan cakupan wilayah komunikasi yang didalamnya terdapat layanan internet (Lee et al., 2012) (Zahra et al., 2008) (Sridhar, 2007).

Tolak ukur dan definisi dari adiksi internet menurut Dr. Young dinyatakan dalam suatu instrumen ukur yang berupa hasil kuisioner Internet Addiction Test (IAT) (Young, 1998b). Terdapat 20 pertanyaan yang disajikan dengan tiap pertanyaan memiliki 5 tingkat bobot penilaian kecanduan, yakni nilai 1 sebagai bobot terendah dan nilai 5 sebagai bobot tertinggi. 

Akumulasi nilai dari pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner tersebut akan menunjukkan kriteria apakah seseorang berada dilevel adiksi internet atau tidak. Pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner meliputi bagaimana peran penggunaan internet dalam aktifitas sehari-hari dari responden hingga dampaknya terhadap kegiatan yang lain. 

Dalam makalah ini kami membahas tentang relevansi adiksi internet yang dikemukakan oleh Dr. Young dengan menganalisa tiap pertanyaan yang tertuang dalam kusioner IAT. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengukur apakah adiksi internet yang dikemukakan oleh Dr. Young masih cukup relevan dengan kondisi saat ini dengan menggunakan metoda analisis sebaran data dari hasil penyebaran kuisioner IAT.

Menurut Shaw dkk (Shaw, 2008) adiksi internet adalah totalitas penggunaan komputer yang berkontribusi pada kesulitan aktivitas pribadi. Shaw juga memberikan penjelasan karakteristik adiksi internet dimana adiksi internet berkaitan dengan keinginan berlebihan dan tidak terkendali untuk menggunakan komputer untuk mengakses internet sehingga menyebabkan gangguan atau kesulitan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 

Sedangkan menurut Alex dkk, definisi yang longgar dan tidak presisi secara saintifik untuk Adiksi Internet adalahdeskripsi yang digunakan untuk merujuk pada pola penggunaan Internet yang tidak teratur atau kompulsif yang memenuhi kriteria diagnostik. Ada juga sebutan lain untuk pola penggunaan Internet yang tidak teratur atau kompulsif, yang kebanyakan digunakan dalam konteks budaya pop, seperti "kecanduan teknologi" atau "net compulsion". 

Asosiasi Psikiater Amerika menolak memasukkan "Kecanduan Internet" sebagai gangguan formal dalam DSM yang baru diterbitkan, tetapi dicatat sebagai gangguan pada lampiran yang layak mendapatkan penelitian lebih lanjut, dan membuat perubahan substantif ke nosologi kecanduan yang mungkin memungkinkan dimasukkannya kecanduan teknologi dalam waktu dekat.

Konsep kecanduan internet dapat ditelusuri untuk penelitian oleh Shotton (1991) untuk melihat ketergantungan kepada komputer.  Shotton membela "pecandu kode-mesin" ini sebagai individu cerdas, salah paham yang keasyikan dengan komputer bersifat adaptif untuk pengejaran pekerjaan   produktif. 

Istilah "kecanduan internet" belum dicetuskan hingga 1995 ketika, dalam posting newsgroup online satire oleh Ivan Goldberg, seorang psikiater, yang bercanda dengan menyarankan agar sebagian orang dapat memperoleh manfaat dari grup dukungan (support group) online untuk "Gangguan Kecanduan Internet"

Konsep kecanduan internet sebagai gejala klinis yang sesungguhnya tidak diakui secara akademis hingga tahun 1996 ketika Young mempresentasikan penelitian empiris pada subjek pada pertemuan tahunan Asosiasi Psikologi Amerika. Kecanduan internet umumnya dianggapsebagai penggunaan Internet atau teknologi digital lainnya yang berlebihan dan tidak digunakan untuk bekerja yang "disertai dengan perubahan suasana hati, keasyikan dengan internet dan media digital, ketidakmampuan untuk mengontrol jumlah waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teknologi digital, kebutuhan untuk lebih banyak waktu atau permainan baru untuk mencapai mood yang diinginkan, gejala penarikan ketika tidak terlibat, dan kelanjutan dari perilaku meskipun telah muncul konflik keluarga, kehidupan sosial yang berkurang dan pekerjaan yang merugikan atau akademik Sebagai konsekuensinya".

Kritik terhadap metoda tes adiksi internet Kimberly Young adalah sebagai berikut:

  1. Istilah adiksi hanya berlaku untuk penyalahgunaan bahan atau obat obatan (Rachlin 1990, Walker 1989)
  2. Internet memberikan keuntungan/kemudahan langsung bagi penggunanya (Levy 1996). Dalam tulisan Levy di majalah Newsweek, psikiater Ivan Goldberg membantah adanya adiksi internet seperti halnya adiksi terhadap bahan maupun obat-obatan. Psikolog Storm A. King mengatakan internet tidak adiktif seperti halnya kegiatan-kegiatan produktif manusia lainnya, termasuk bernafas.
  3. Beberapa peneliti meramalkan sejak awal 1990-an bahwa komunitas internet tidak terelakkan. Masyarakat akan bergerak ke arah dunia maya (Rheingold, 1993, Turkle 1995). Masyarakat akan mempertanyakan kembali apa makna identitas dalam era internet. Cara berpikir mengenai kehidupan akan berubah sama sekali ketika sudah melibatkan internet.
  4. Riset mengenai adiksi internet, menurut Profesor Allen Frances, masih sangat lemah dan kurang informatif. Korea Selatan, negara yang paling terkoneksi di dunia, mengusahakan agar masyarakatnya tidak berlebihan menggunakan internet, namun tidak menggolongkan adiksi internet sebagai gangguan mental. Menggolongkan adiksi internet sebagai gangguan mental dapat mengarah ke diagnosis yang salah.
  5. Masih ada perdebatan apakah adiksi internet merupakan gangguan mental tersendiri atau bagian dari gangguan yang lain (Weinstein 2014).

Metoda yang digunakan dalam menguji Instrumen Adiksi Internet adalah Uji Realibilitas, Uji Validitas, dan Survey dan Pengumpulan data. Untuk mendapatkan tingkat konsistensi dari kuisioner yang akan digunakan, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan metoda perhitungan Alpha Cronbach's yang dikembangkan oleh Cronbach (1951). Pengujian tingkat reliabiliatas dilakukan kedalam 2 tahap, yakni: 1. Pengujian tahap  awal, dan 2. Pengujian Akhir. 

Pengujian tahap awal dilakukan terhadap hasil awal kuisioner dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Sedangkan tahap Pengujian Akhir dilakukan terhadap seluruh hasil penyebaran kuisioner sebanyak 301 responden. Uji Validitas untuk menguji Instrumen Kecanduan Internet menggunakan metoda Pearson Correlation Coefficient dengan menggunakan SPSS untuk mengukur kekuatan hubungan linear atara data yang dipasangkan. 

Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah setiap responden yang membaca pertanyaan pada instrumen tersebut mempunyai penafsiran yang sama dengan dengan responden lain. Bila setiap responden mempunyai penafsiran yang sama dengan responden lain maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan valid. Namun apabila penafsirannya tidak sama, maka instrumen penelitian tersebut tidak valid. Pengumpulan data dilakukan oleh 30 orang surveyor yang menyebarkan kuisioner minimal kepada 10 orang. 

Total jumlah responden adalah 301. Setiap responden memberikan informasi tentang umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Tidak terdapat koordinasi diantara petugas tentang target demografis responden yang ingin dicapai. Responden mengisi kuesioner secara langsung di kertas ataupun online. Hasil jawaban quesioner dikumpulkan dan dipergunakan untuk menganalisis metoda young untuk penentuan adiksi internet.  

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil kuisioner adiksi internet IAT yang dikemukakan oleh Dr Young dengan jumlah responden sebanyak 300 orang. Berdasarkan keterbatasan informasi dari responden, analisis yang dilakukan mengacu pada distribusi hasil score IAT berdasarkan kelompok usia responden.

Hasil yang ingin didapatkan dari analisis data adalah untuk mengetahui jawaban-jawaban dari aspek diatas. Hipotesis penelitian ini adalah internet sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup dari kelompok-kelompok masyarakat. Hal-hal yang menjadi dasar dalam menganalisis item-item pertanyaan kuesioner diatas:

  1. Pemakaian internet semakin tinggi pada kelompok remaja dan pemuda. Semakin banyak kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan lewat internet. Kegiatan sosial, jual-beli, games, olahraga, keagamaan, dan lain-lain banyak yang dilakukan lewat internet. Kelompok anak muda cenderung cepat untuk menggunakan applikasi-applikasi yang tersedia di internet.
  2. Pemakaian internet juga tinggi pada kelompok masyarakat akademisi dan sekolah. Informasi dan data yang dibutuhkan dalam pekerjaan dan penyelesaian tugas-tugas akademik banyak tersedia di internet.
  3. Pemakaian internet untuk kelompok masyarakat umum yang bukan akademisi dan dunia pendidikan cenderung akan rendah karena mereka tidak berkepentingan untuk mengakses internet secara intensif.

Dari hasil penyebaran kuesioner, kita dapat melihat bahwa tingkat adiksi internet mempunyai hubungan dengan usia pengguna internet. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menggunakan uji kesimpulan dengan metode uji chi-square. Pada metode chi-square, kita membuat dua hipotesis: H0: tidak ada kaitan antara usia seseorang dengan tingkat adiksi internet dan H1: ada kaitan antara usia seseorang dengan tingkat adiksi internet. 

Kita beri batas usia 0-35 sebagai usia muda, dan usia diatas 36 usia tua. Chi Square hasil perhitungan adalah 12,24, sedangkan Chi Square dengan derajad kebebasan 5 dan alfa 0.05 adalah 11,7, maka kita mengambil hipotesis H1, yaitu ada kaitan antara usia seseorang dengan tingkat adiksi internet.

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan metoda  Alpha Cronbach's menunjukkan tingkat reliabilitas kuisioner pada awal penyebaran kuis berada pada kategori cukup baik dengan nilai 0,92. 

Hasil serupa juga diperoleh dari pengujian hasil penyebaran kuisioner secara keseluruhan dimana nilai sebesar 0,90. Hal ini menunjukkan bahwa kuisioner tersebut masih dapat digunakan dan masih memiliki tingkat validitas yang cukup baik sehingga penelitian ini masih dapat dilanjutkan. Hasil uji Validitas pada Instrumen Kecanduan Internet menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan pada instrumen kecanduan internet adalah valid.

Distribusi jumlah responden dan nilai score kuisioner IAT berdasarkan usia responden memperlihatkan bahwa jumlah responden berdasarkan usia tidaklah seragam (uniform). Responden kuisioner dominan berusia 20 tahun dengan jumlah responden sebanyak 50 orang atau 17% dari total populasi yang mencapai 300 orang. 

Sedangkan jumlah responden tertinggi kedua didominasi pada usia 37 tahun yang mencapai 22 orang atau 7,3% dari total populasi. Hasil akhir nilai score kuisioner IAT memperlihatkan bahwa 33,55% atau 101 responden berada di level normal terhadap adiksi internet. Dari grafik tersebut terlihat bahwa dominan responden atau sebanyak 86,38% responden berada kategori individu yang mengalami gangguan ringan  adiksi internet. 

Sedangkan 10,96% dan 0,66% responden berada dilevel moderate dan severe dari tingkat adiksi internet yang djelaskan menurut metoda IAT. Nilai score akhir kuisioner yang disajikan berdasarkan urutan usia responden menunjukkan nilai yang berfluktuatif. Tidak terlihat jelas dominasi nilai akhir score yang tertinggi berdasarkan usia responden selain pada nomor responden 140 yang berusia 37 tahun. 

Hampir diseluruh rentang usia, terdapat responden yang berada direntang level normal (0-30) maupun ringan (30-50). Hasil ini cukup menarik, karena terdapat kecenderungan dominasi responden berada di level ringan, yang dapat dimaknai bahwa kategori normal bergeser nilainya terhadap score yang digunakan.

Kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tingkat reliabilitas dari kuisioner IAT masih cukup valid dan reliabel dengan nilai hasil uji reliabilitas yang mencapai nilai 0,9 baik untuk hasil awal maupun hasil akhir penyebaran kuisioner. Hasil uji validitas pada instrumen kecanduan internet menunjukkan semua pertanyaan pada instrumen tersebut adalah valid. Isi pertanyaan dari kuisioner IAT perlu dimodifikasi karena tidak relevan dengan kondisi saat ini agar sesuai dengan makna adiksi internet yang dikemukakan oleh Dr. Young. 

Hal ini merupakan contoh bagaimana falsifikasi Karl Popper diterapkan dari metoda yang adiksi internet dikemukakan oleh Dr Young. Hasil penyebaran kuisioner menunjukkan bahwa adiksi internet bukanlah sebuah pseudo sains karena dalam prosesnya menggunakan metoda yang ilmiah. Namun, perlu diberikan catatan bahwa perkembangan jaman yang berimbas pada kebutuhan internet menuntut modifikasi isi pertanyaan dalam kuisioner IAT agar relevan dengan kondisi terkini. Hal ini senada dengan konsep yang dituangkan oleh Thomas Khun mengenai pergeseran paradigma.

Referensi

Statistik Pemuda Indonesia 2014, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, Katalog BPS: 4103008, BPS Jakarta.

Griffiths, M. (1996a). Internet Addiction: An Issue for Clinical Psychology? Paper presented to the Clinical Psychology Forum, 1996

Canaleta, X., Vernet, D., Vicent, L., Montero, J. A. (2014). Master in Teacher Training: A real implementation of Active Learning. Computers in Human Behavior 31, 651-658.

Young, K. S. (1998b). Internet Addiction: The emergence of a new clinical disorder. Cyberpsyhology & Behaviour 1, 237-244.

Young, K.S. (1996). Psychology of computer use: XL. Addictive use of the Internet: a case that breaks the stereotype. Psychological Report 79, 899-902

Block JJ (2008). Issues for DSM-V: internet Addiction. The American Journal of Psychiatry.[Editorial].  

Colecchia, A. and P. Schreyer (2003), "The contribution of information and communication technologies to economic growth in nine OECD countries",OECD Economic Studies, vol. 2002/1, https://doi.org/10.1787/eco_studies-v2002-art5-en

Hilarie Casha, Cosette D. Raea, Ann H. Steela and Alexander Winklerb (2012). Internet Addiction: A Brie Summary of Research and Practice.  Current Psychiatry Reviews, 292-298

Rachlin, H. (1990). Why do people gamble and keep gambling despite heavy losses? Psychological Science, 1, 294-297.
Gmel, G., Notari, L., dan Schneider, E. (2017). Is there an internet Addiction and What Distinguishes it from problematic Internet use- An Attempt to provide working definitions, Lausanne, Addiction Switzerland.

Walker, M. B. (1989). Some problems with the concept of "gambling addiction": should theories of addiction be generalized to include excessive gambling? Journal of Gambling Behavior, 5, 179 - 200.

Mano, R. (2014). Social Media,  Social Causes, giving behaior Msster and money contributions

Koller, M.,  Grtter, R.,  Peltenburg, M.,  Fischer, J. E., dan Steurer, J. (2001). Use of the Internet by medical doctors in Switzerland.

Cronbach LJ (1951). "Coefficient alpha and the internal structure of tests". Psychometrika. 16 (3): 297--334. doi:10.1007/bf02310555.Swiss Medical Weekly. 251-254. DOI: 2001/17/smw-09719

Bates, A.W. (Tony), "Teaching in a Digital Age" (2015).Open Educational Resources Collection. 6. https://irl.umsl.edu/oer/6
Lee, Sang   H., Levendis, J., dan Gutierrez, L. (2012). Telecommunications and economic growth: an empirical analysis of sub-Saharan Africa, Routledge Applied Economics pp 461- 469. doi: 10.1080/00036846.2010.508730

Zahra, Kanwal & Azim, Parvez & Mahmood, Afzal. (2008). Telecommunication Infrastructure Development and Economic Growth: A Panel Data Approach. The Pakistan Development Review. 47. 711-726. 10.30541/v47i4IIpp.711-726.

Sridhar, Kala Seetharam and Sridhar, Varadharajan, (2007) Telecommunications Infrastructure and Economic Growth: Evidence from Developing Countries (August 23, 2008). Applied Econometrics and International Development, Vol. 7, No. 2, 2007. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=1250082

Kaul, S., M. Gruteser, V. Rai, and J. Kenney. (2011). "Minimizing age of information in vehicular networks". In: 8th Annual IEEE Communications Society Conference on Sensor, Mesh and Ad Hoc Communications and Networks (SECON). 350--358

Walrack, J (2015). "How Different Age Groups Behave Across Social".

Britton, B. K., dan Glynn, S. M. (1989). Mental Management and creativity: A cognitive model of time management for intellectual productivity. in J. A. Glover, R. R. Ronning, & C. R. Reynolds (Eds.) handbook of Creativity, (pp. 429-440). New York: Plenum Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun