Mohon tunggu...
Biyan Mbois
Biyan Mbois Mohon Tunggu... Bankir - Ngestoaken dhawuh ROMO, anut ROSO

Penjelalah ke dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Terserak

23 Oktober 2019   23:39 Diperbarui: 24 Oktober 2019   00:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Otot kami menjelma kawat

Tulang kami sekeras besi

Kulit kami legam nan liat

Sekali mengayunkan godam, itulah tanda terciptanya satu peradaban

Karena kami adalah Orang-orang Proyek

Tasikmalaya, 20 Oktober'17

51

Fragmen siang

Aku dan perempuan itu berbaring kelelahan dan saling tatap. Sejenak hening menjadi tuan. Tiba-tiba dia bertanya setengah berbisik : "tadi kau cukur kumismu ?". kulihat matanya menyelidik bagian atas bibirku. "iya. Kenapa ?", tanyaku setengah berbisik juga. "masih ada dua tiga larik rambut yang tersisa," jelasnya, "aku akan mencukurnya. Kamu berbaring saja di sini. Aku kan ke kamar mandi mengambil alat cukur.lantas dia bangkit dari ranjang dan melenggang. Kulihat lekuk tubuhnya yang telanjang hilang di balik pintu kamar mandi.

52

untuk R

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun