Mohon tunggu...
Biyan Mbois
Biyan Mbois Mohon Tunggu... Bankir - Ngestoaken dhawuh ROMO, anut ROSO

Penjelalah ke dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Terserak

23 Oktober 2019   23:39 Diperbarui: 24 Oktober 2019   00:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

akupun diam-diam tak terasa hanyut dalam gelombang kerinduan yang begitu menggeliat yang seiring dengan itu segala yang ada di tubuhku ikut menghangat bahkan kehangatan itu menyentuh selsel terkecil di tubuhku.

suarasuara di luar sudah tak ada lagi berganti degup dan desir darah seperti air yang menyeruak memasuki poripori busa cuci piring.

entahlah, tak sudahsudah aku menulis namamu di langit, di udara, di air, di ingatan hingga harihariku menjadi penuh namamu seperti keranjang belanjaan ibuibu di supermarket atau bak mandi yang luber airnya, tumpah ruah namun tidak sampai membanjiri.

tak sudahsudah kutulis namamu dan jarijariku tak jadi lunglai karenanya bahkan sebagaimana otototot binaraga yang justru selalu membesar mengembang penuh juga liat jika beban latihannya ditambah.

tak sudahsudah kutulis namamu karena kamu juga tak pernah sudah.

Tasikmalaya, 22 Oktober '17

29

Rindu yang Datang Bersama Hujan

Tiap sore hujan datang ke kotaku

membuat aku rindu padamu

pada cerita-ceritamu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun