Saya baru datang?
(Yosef M.P Biweng)
"Mungkin" orang yang berpergian dan pulang dari luar daerah dan kembali ke kediamannya, dan ketika itu juga ada tamu atau keluarga yang hendak berkunjung entah hanya sekedar berkunjung saja atau ada keperluan lain, pasti tuan rumah akan berkata kita, kami, saya, dia, orang baru datang saja, baru siapa yang datang lagi?
Setiap orang punya cara dan tindakan terhadap setiap orang yang hendak datang bertemu pasti berbeda. Apalagi di saat situasi seperti di atas. Mungkin karena kecapaian, atau tidak mau dinganggu, atau entah alasan apa saja. Ya, mungkin beda orang, beda cara pandang?
Seorang pejabat publik, baru saja tiba dari luar kota. Hendak seorang pemuda yang bertugas di pedalaman yang sudah seminggu mencari hubungan dan mencari pinjaman untuk kembali ke tempat tugas, akan tetapi hingga saat ini belum mendapat pinjaman. Orang yang biasa dia kenal dan biasa cari pinjaman kenalan tersebut, tetapi sudah tidak ada stok untuk mendapat pinjaman.
Sementara dia berdiri sambil berpikir siapa lagi yang bisa dia temui untuk meminta pinjam. Saat itu, ada seorang publik figur lewat dengan motor ojek di depannya. Tersentak dia sadar dan mengikuti pejabat tersebut sampai di rumah. Ketika sampai di rumah pejabat tersebut, dia pun masuk dengan harapan bisa dapat jawaban dan melegahkan hatinya agar bisa segera untuk kembali ke tempat tugas.
Saat masuk duduk, bapak sebagai kepala keluarga juga adalah mantan pejabat besar, pemuda itu dengan penuh semangat menyapa bapak mantan pejabat tersebut sambil tersenyum semabari memberikan salam.terjadilah percakapan singkat:
Bapak itu tanya kepada pemuda tersebut, katanya:
Bapak: kamu perlu siapakah?
Pemuda: ijin bapak, saya perlu kakak ibu?
Bapak: ibu baru datang saja itu. Duduk dulu.
Pemuda itu duduk sambil menunggu.
Lima menit kemudian, kakak ibu hendak lewat ke arah kamar, dan melihat saya yang sedang duduk tunggu.
Ibu: eh, bagaimana, ada perlu apa, ini saya baru datang ini.
Pemuda: sambil tunduk malu, dia mengatakan isi hatinya, saya sudah satu minggu mencari hubungan dan kekurangan uang untuk biaya transportasi ke tempat tugas.
Ibu: adoh, saya baru datang ini, kalau untuk itu, saya tidak ada.
Pemuda: baik ibu, minta maaf, saya hanya datang untuk menyampaikan itu  karena sudah tidak ada solusi, saya pikir bertemu ibu, saya bisa dapat solusi. Saya pamit dulu ibu, terimakasih banyak.
Dengan rasa tak semangat, pemuda itu keluar dari rumah pejabat tersebut, sambil hening sejenak dalam hati, mungkinkah semua pejabat akan berkata demikian, ketika orang yang hendak datang membutuhkan uluran tangan mereka.
Pemuda tersebut bekerja sebagai tenaga pendidik di kampung yang sangat jauh dari pusat ibukota kabupaten.
Semoga kisah ini bermanfaat.
Agats, 28 Juli 2022, 13:28 wit.