Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Marina Alex

7 Juli 2010   11:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:01 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_187894" align="alignnone" width="500" caption="Suatu Malam di Marina, Alexandria (Foto : www.fairfaxchristmaslights.com)"][/caption] "Hatroh fein ya 'Amil hag?", "Marina Alexandria". Aku bertanya kepada sahabatku Mesir, Omar yang akan keluar rumah dengan membawa beberapa kresek tauge dan produk-produk makanan China dan Jepang. Asyik, ternyata dia hendak pergi ke Alexandria, tepatnya di kawasan mewah Marina. Tempat favorit para orang-orang kaya Mesir untuk plesir. Tempat tertutup kecuali buat orang-orang yang cukup, memiliki kocek fulus yang tidak tipis. Setelah menunaikan shalat maghrib kami berangkat. Beberapa hari ini aku selalu ikut bekerja bersamanya dikarenakan kedua sahabatku, Mahmud dan Asif sedang mendapatkan tugas dari bos untuk pergi ke Thailand untuk belanja kebutuhan stok hotel dan restoran di Mesir. Di rumah hanya ada aku dan Omar. Kebetulan kuliah juga sedang libur, sehingga aku bisa leluasa ke sana kemari untuk memperkenalkan diri lebih dekat dengan kebudayaan negeri paraouh ini. Rencananya kami akan berangkat ke Marina tepat jam 12 malam agar sampai di sana sekitar jam 3 pagi atau menjelang adzan subuh, perjalanan dari Cairo ke Marina memakan sekitar 3 jam dengan kecepatan 70 hingga 80 km/jam. Jalan tol Cairo yang menghubungkan dengan Alexandria pada malam hari jarang macet, jalannya juga luas. Di jalur tol juga selalu disediakan kamera pengintai dari pihak pengelola untuk mengetahui kecepatan kendaraan yang melaluinya. Jika ada yang melanggar melebihi kecepatan yang ditentukan polisi lalu lintas sudah siap siaga untuk megejarnya. Omar mengajakku ke kawasan Ma'adi terlebih dahulu untuk belanja pesanan restoran di Marina yang akan kami stoki barang. Kebetulan beberapa hari yang lalu, seorang dari pihak manajemen menawari Omar untuk menstok restoran yang ia pimpin di Marina, Alexandria. Dia membuka restoran Jepang di sana. Restoran baru dan membutuhkan suplier yang akan mencukupi setiap kebutuhan yang ada. Saat Omar sedang mengambil beberapa barang di toko grosir. Ada orang Mesir menghampiriku. Aku agak gugup, dia badannya gempal dan modelnya seperti bukan orang biasa. Aku sengaja menunggu di dalam mobil sambil mendengarkan musik Mesir. "Pasport fein?", "mana pasportmu?", dia langsung menanyaiku dengan perkataan yang kasar. Dengan sedikit takut, aku memperlihatkan kepadanya. Dia mermbolak balikkan pasport milikku dan bertanya lagi di mana aku belajar, di mana tempat tinggal, akan kemana. Tiba-tiba di tengah keseriusan dan agak ketakutanku, dia sudah tidak mampu menahan ketawanya, dia tertawa terbahak-bahak karena sukses mengerjaiku. "ana Ahmad, shohibu Omar", "aku ahmad, temannya Omar". Asem, aku tertipu, aku kira dia tadi mabahis, intel yang di Mesir memang tersebar di mana-mana. apalagi di Ma'adi ini termasuk wilayah mewah yang lumayan aman dari para orang yang jahil dan pencuri. "Iftahil bab, khudz miatain urz!", "buka pintunya, ambil beras itu 200 kg!". Omar berteriak dari toko dan meminta bantuan untuk mengambil beras. Mobil yang awalnya kosong, akhirnya dipenuhi oleh banyak sekali kebutuhan sembako. Setelah belanja banyak sekali kebutuhan pokok, kami masih harus melanjutkan setoran tauge terlebih dahulu di beberapa restoran di Ma'adi. Ada restoran Jepang, juga ada Thailand. "Dil wa'ti sa'ah ihda asyar ya 'umar", "Omar..sekarang sudah jam 11 malam lho..", aku mengingatkan Omar kalau sekarang sudah malam. Aku kasihan padanya, seandainya aku bisa menggantikan dirinya sebagai sopir, sayang aku belum pernah belajar menyupir. Sudah seharian Omar pulang pergi keliling Cairo untuk mensuplay kebutuhan hotel dan restoran, dia belum istirahat sama sekali. Malam ini langsung menuju Alexandria yang jarak tempuhnya hampir 400 kilo meter. "hakadza sughl", selalu itu yang menjadi alasan Omar untuk terus menguatkan diri. "Seperti itulah pekerjaan". Aku salut dengan orang Mesir seperti Omar ini. Dia benar-benar pekerja keras. Dia memulai pekerjaan pada pagi hari dan pulang pada malam hari. Dia masih muda, kelahiran 81 tetapi sudah bisa memiliki rumah dan kendaraan sendiri. Budaya Mesir yang mengharuskan seorang pemuda kaya adalah salah satu keputusan dia untuk bekerja keras. Pemuda Mesir terkenal cakep dan ganteng. Tetapi modal ini tidak cukup bagi mereka untuk meminang gadis Mesir yang juga terkenal cantik dan ayu. Banyak persyaratan yang diajukan agar seseorang bisa menikah, mulai dari harus sudah memiliki rumah, memiliki kendaraan, mahar yang tidak jauh dari 25 ribu pound setara 50 juta, hingga beberapa gram emas. Ini salah satu motivasi sahabatku untuk giat bekerja. Dia ingin segera menikah. Keluar dari Cairo, kami memasuki jalan tol ke Alexandria. Lumayan ramai, tidak seperti dugaanku sebelumnya. Padahal sudah jam 12 lebih. Kadang aku bingung juga melihat budaya orang Mesir yang jarang tidur malam. Di Cairo jam satu malam kadang masih ramai, di cafe-cafe jam 3 malam malah banyak orang Mesir yang masih asik bermain kartu remi sambil menyedot shisya. Katanya, mereka tidur setelah subuh, tetapi jam sembilan pagi mereka harus melakukan pekerjaan untuk mencari rejeki kembali. Sampai ada plang besar tertulis Al-Amin di sisi bahu jalan, Omar berbelok ke arah kiri. Jika tetap lurus akan sampai di pantai Alexandria. Tujuan kami adalah di Marina, kawasan khusus yang sangat mewah dan harus melewati jalur wilayah yang bernama Al-Amien. Sekitar beberapa menit belok ke kawasan Al-Amien, ada banyak sekali militer yang mencegat mobil yang kami tumpangi. Mereka memeriksa kelengkapan surat-surat yang kami bawa, menanyakan barang yang berada di dalam mobil. Mereka juga melihat pasportku karena aku orang asing. Alhamdulillah, semua baik-baik saja. Dengan kecepatan normal 80 hingga 90 km/jam, kami tiba di Marina hampir jam 4 pagi. Kami bingung, karena di kawasan Marina ternyata banyak sekali pintu masuk. Setiap pintu bentuknya sama hanya nomornya yang berbeda. Omar menelpon manajer pimpinan restoran Marina dan bertanya masuknya lewat pintu berapa. Beberapa menit berbincang sambil mencari pintu masuk, akhirnya kami menemukannya. Anjing pelacak memeriksa seluruh isi mobil. Petugas juga mengambil SIM STNK dan pasport yang aku bawa sebagai jaminan. Kami memasuki Marina dan langsung mencari restoran Jepang yang baru berdiri. Luasnya kawasan Marina membuat Omar sempat bingung juga. "Aiwah huna", "ia benar di sini". Seorang penjaga pintu restoran mengiyakan ketika Omar bertanya tentang sesuatu. Hanya kata singkat ini yang terdengar jelas olehku dari beberapa percakapannya. Beberapa menit kami menurunkan barang, ternyata juga ada beberapa suplier lain yang kebetulan juga sedang datang. Selesai semuanya, Omar berbincang dengan petugas restoran di dalam. Aku tergoda untuk melihat dan menikmati pantai laut Mediterania di awal subuh ini. Aku berlari ke pantai. Sungguh indah pemandangan pantai di sini. Pantai yang memang sengaja di desain untuk orang-orang berduit. semua bangunan di sekitar pantai berbentuk villa yang memiliki kolam renang dan taman hijau. Benar saja kalau Marina Alexandria ini terkenal di Mesir. "Heyy", Omar memanggilku dan mengajakku pulang ke Cairo. --------------------------------------- Catatan ringan saat mensuplai barang ke Marina Alexandria. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun