Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kang Abik Bicara Santri

21 Oktober 2020   16:57 Diperbarui: 21 Oktober 2020   17:08 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Abik KCB Bicara Santri ditemani Pak Rafi (Foto : Tim PK 144)

Sebagaimana yang disebutkan di dalam tema, selain komunikasi yang dilakukan oleh santri, Kang Abik juga memaparkan tentang Jaringan Santri. Dulu, pada saat Nusantara masih menjadi satu kesatuan, para santri banyak belajar di negara Makkah dan Mesir. 

Termasuk salah satu generasi santri yang belajar di Makkah, yang dulu terkenal dengan nama Hijaz adalah KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan. Sehingga di Hijaz mereka memiliki jaringan dengan nama "Ashabul Jawiyyin". 

Di Mesir mereka belajar di Universitas Al-Azhar. Mereka juga memiliki ruang pengajian sendiri di dekat kampus Al-Azhar, namanya adalah "Ruwaq Al-Jawi".

Sehingga, dengan banyaknya jaringan para santri pada masa itu. Pada saat Indonesia mendeklarasikan diri merdeka dan disampaikan oleh Bapak Proklamator Soekarno. Mesir menjadi negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaannya. Tentu pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir ini atas jasa peran para santri yang jaringannya sudah mengakar sejak dulu.

Kang Abik memberikan PR kepada kami semua, "Mampukah kalian meneruskan tradisi santri ini? Memiliki komunikasi yang baik dan punya jaringan internasional yang solid". 

Saya terdiam, berfikir. Ternyata beban semakin bertambah, bukan hanya beban yang diberikan oleh LPDP dan negara saja, tetapi karena kami semua adalah seorang santri. Santri-santri dulu sudah berkontribusi banyak buat negeri ini. Ayahnya Gus Dur, KH. Wahid Hasyim sebagai santri juga pernah menjadi Menteri agama zamannya Pak Soekarno.

Untuk masa sekarang, Gus Dur sebagai santri pernah menjadi presiden. Pertanyaan dari Kang Abik berputar-putar di otak saya. "Apakah saya mampu memegang amanah ini?", biarlah waktu yang menjawabnya. 

Saya hanya memiliki sebuah impian seperti yang pernah dipesankan oleh Rasulullah Saw. bahwa "Khoirunnas anfa'uhum linnas", "Sebaik-baik manusia adalah dia yang paling banyak memberikan manfaat buat manusia lainnya". Sekecil apapun manfaat yang diberikan, setidaknya ada manfaat yang diberikan ketika darah masih mengalir di dalam badan.

Kang Abik juga menjelaskan bahwa dari banyaknya para santri pada masa dulu, rata-rata mereka adalah ahli tarekat. Seperti Syeikh Abdul Rouf As-Singkili yang membawa Tarekat Syattariyah ke Nusantara. Termasuk Pangeran Diponegoro juga pengamal tarekat. 

Ada juga Syeikh Yusuf Al-Maqosari, hingga Syeikh Nuruddin Ar-Raniri. Semua santri-santri itu adalah pengamal tarekat yang sangat aktif dalam berkomunikasi di masyarakat dan memiliki jaringan yang solid di masanya.

Tibalah saatnya sesi tanya jawab. Diantara penanya yang diberikan kesempatan adalah saya. Kebetulan hari kedua ini, kelompok Sultan Agung tempat duduknya mendapatkan giliran di paling depan sebelah kanan, tepat menghadap ke panggung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun