Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Umrah Koboy

15 Oktober 2020   23:58 Diperbarui: 16 Oktober 2020   00:34 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umroh Koboy (Foto : Bisyri)

"Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." Qs. 29:20, ayat ini setidaknya menjadi inspirasi utama perjalanan yang saya lakukan untuk menjalani "Umroh Koboy".

Di buku yang saya tulis berjudul "926 Cairo", ada satu artikel tertulis "Haji Mesir". Waktu itu saya sudah hendak melaksanakan ibadah haji bersama teman-teman dari Mesir. Semua persiapan sudah kami lakukan semuanya. Termasuk segala jenis administrasi yang dilakukan di gedung Mujamma' yang menjadi gedung pusat administasi yang berada dekat dengan Tahrir Square di Ramsis, Cairo.

Takdir menentukan lain. Uang sudah saya kumpulkan hampir satu tahun dari bekerja bermacam-macam, mulai dari bekerja bersama Bos saya, Pak Nanang yang memiliki cargo pengiriman barang dari ke Indonesia bersama dengan Omar dan Mahmudi.

Termasuk juga bekerja mencuci kain-kain milik KBRI yang biasanya saya kirimkan setiap 3 hari hingga satu minggu sekali dan selalu dibayar cash oleh Mas Furqon sebagai penanggung jawab bagian kantin KBRI. Juga terkadang jasa laundry dari mbak-mbak TKW sekitar rumah tempat saya tinggal. Pernah juga membuat tempe tapi hanya beberapa kali dan sering gagal jadi.

Satu kendala yang menjadikan saya tidak bisa berangkat haji adalah karena visa yang tidak kunjung keluar. Bukan hanya visa haji milik saya saja, tapi seluruh visa haji teman-teman mahasiswa Al-Azhar yang ada di Mesir. Pemerintah Mesir hanya mengeluarkan visa buat warga negaranya saja, jatah untuk orang Indonesia yang ada di Mesir, kebetulan pada saat saya mendaftar di 2010, sedang tidak mendapatkan izin.

"Duit kuwi simpenen ae le, ojo mbok gawe opo2, kecuali gawe neng tanah harom. Kerono wes mbok niati ngono", "Uang itu kamu simpan saja nak, jangan sampai dibuat untuk kebutuhan lain, kecuali hanya untuk berangkat ke tanah suci. Karena sejak awal sudah kamu niatkan seperti itu", itulah jawaban bapak saya pada saat memberitahukan kondisi gagal berangkat haji kepada beliau.

"Dalem titipaken teng njenengan mawon nggeh, lek dalem seng nyepeng, mangke telas", "Saya titipkan saja uangnya ke Panjenengan ya, kalau saya yang memegangnya, takutnya malah habis", saya lanjutkan dengan memberikan amanah kepada bapak untuk memegang uangnya, karena selama ini, kalau saya memegang uang, entah untuk apa saja, seringkali gampang habis.

Sampai akhirnya tiba pada tahun 2012, saya membaca pendaftaran umroh yang dilakukan oleh beberapa teman yang ada di Cairo. Yang menarik bagi saya dari iklan umroh itu adalah mereka akan berangkat lewat jalur darat, bukan jalur udara. Harga yang ditawarkan juga lumayan murah, jika dibandingkan dengan biaya umroh pada umumnya. Jangan membandingkan dengan biaya umroh yang ada di Indonesia, tentu tidak sebanding.

Umroh dari Indonesia ke Saudi memakan waktu 9 jam naik pesawat melewati banyak negara, sementara umroh dari Mesir ke Saudi kalau naik pesawat hanya membutuhkan waktu 3 jam saja. Sehingga wajar kalau harganya tidak bisa dibandingkan.

Harga yang ditawarkan oleh teman-teman adalah Cuma 300 dollar saja, atau sekitar 1500 pound Mesir. 1 Dollar pada saat saya daftar umroh adalah 5 pound Mesir. Saya meminta uang yang dititipkan kepada bapak kembali. Saya langsung menghubungi nomor yang tertera, disitulah saya kenal pertama kali dengan Mas Kiram. Gara-gara daftar umroh ini. Sampai sekarang pertemanan saya masih berlanjut, dia sekarang sudah kandidat doctor dan menjadi dosen di Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun