Mohon tunggu...
Atrizza
Atrizza Mohon Tunggu... Editor - Sarjana Bimbingan dan Konseling

Remaja pada umumnya. Yang suka menulis, berdialog, dan bermimpi setinggi-tingginya sebelum dibentur realita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mahameru Tak Pernah Keliru

27 Januari 2023   19:00 Diperbarui: 27 Januari 2023   20:01 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover by Atrizza/ Source: Pinterest and Pixellab

Desember. Selamat pagi. Dua tahun sudah aku kembali berjumpa dengan mu. Yah, walaupun sebenarnya aku tak pernah berharap bisa berjumpa dengan mu lagi sih. Bukan apa, tapi aku masih terbelenggu trauma. Dimana itu tak akan pernah hilang dari sini, memori ku.

Begitulan catatan yang baru saja dituliskan oleh Zahra. Setelah tertulis rapi, ia mendongak, menarik nafas panjang, kemudian berjalan masuk melewati gapura. Menyisir dusunnya dulu.

Siapa dia? Dan memangnya apa yang terjadi padanya? Siapa perduli. Mungkin begitulah yang sebagian dari kalian pikirkan. Zahra memang bukan siapa-siapa. Bukan artis ataupun seleb. Hanya perempuan biasa pada umumnya. Namun, maaf, dia baru saja mengalami sebuah benturan keras pada kehidupannya. 

Kalian pasti tahu tentang berita ini. Erupsi dahsyat sang Mahameru. Yang terjadi pada Desember tahun 2021 silam. Dan, ya, Zahra lah salah satu dari korban selamat dari bencana itu. Tapi hanya dia. Sungguh, tidak dengan keluarganya.  

Dengan kepala tegap, Zahra berjalan ragu, masuk kedalam rumahnya. Yang sekarang hanya tinggal puing-puing saja.

"Assalamualaikum." Ia ucapkan salam, melangkah masuk dengan kaki kanan. 

"...Kapinarakan kulo ten griya menika amung kagem mendhet paninggalanipun almarhum bapa lan almarhumah biyung." Ucapnya dalam bahasa jawa. Yang bila di artikan maka, kedatangan saya ke rumah ini hanya untuk mengambil barang peninggalan almarhum ayah dan almarhumah ibunya.

Zahra melihat sekitar, mengamati pigura foto dan jam dinding yang masih menempel kokoh namun bentuknya setengah meleleh. Ia tersenyum kecil. Terharu sendu. Benda itulah yang menjadi saksi bisu atas perkasanya Mahameru waktu itu. Zahra menutup mata, menguatkan mentalnya. Kemudian melangkah masuk semakin dalam, singgah ke sebuah kamar, merubuhkan pintu yang sudah keropos sekali dorong.

Matanya langsung tertuju pada apa yang menjadi tujuan nya datang jauh-jauh kesini. Yap, sebuah almari usang yang sudah hangus sebagian. "Alhamdulillah masih utuh." Ia meniup kotak merah penuh debu. Didalamnya ada perhiasan milik orang tuanya. Ia tersenyum lega, kemudian hilang, berganti diam.

Sesaat, ia merasa dilema. Haruskah ia melakukannya? Tapi jika tidak, darimana lagi ia bisa membiayai hidupnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun