Mohon tunggu...
Suyut Utomo
Suyut Utomo Mohon Tunggu... Administrasi - Travel | Content creator | Video | Writing

Menceritakan apa yang dialamii lewat tuisan dan video

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pagi di Cupunagara

12 April 2015   10:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa ini berada di kecamatan Cisalak, Subang. Untuk menuju desa ini diperlukan  kesiapan untuk melewati jalan bebatuan lepas beberapa puluh kilometer dari jalan masuknya, yaitu Kasomalang - Subang. Jalur ini juga merupakan jalan alternatif jika akan menuju Maribaya-Lembang.

Kami berempat kang Rama, om Salum, om Hendry dan Dadang. Bermalam di salah satu sudut desa, berupa tanah lapang, dengan latar belakang bukit gagah berdiri, sekeliling hijau kebun teh. Layaknya tempat impian untuk menyegarkan pikiran disibuknya rutinas kota. Padahal lokasi ini tidak sengaja kami temukan setelah tanya penduduk setempat untuk mendirikan tenda. Warga menunjukan dengan ramah, bahkan kami dicarikan kayu bakar untuk membuat api unggun dimalam harinya. Malam harinya kami habiskan dengan berbincang-bincang dipinggir api unggun.

Dibangunkan oleh udara dingin di desa Cupunagara walaupun saat itu udah  masuk didalam kantong tidur (sleeping bag), keluar dari tenda ternyata teman-teman yang lain sudah sibuk dengan kameranya untuk mengabadikan matahari terbit walau saat itu sedikit mendung.

Setelah menyedu kopi, makan cemilan pagi, serta memperhatikan kehidupan desa yang sedari pagi sudah sibuk di sawah belakang tanah lapang dengan menyemprot pestisida dilahan padi-nya, saya dan kang Rama berniat menelusuri jalan perkebunan teh peninggalan seorang Belanda, yaitu bernama Hoflan. Perkebunan ini di buat hampir bersamaan dengan dibangun jalan menuju kesini pada taun 1847. Saat itu jalan ini dibuat untuk jalur pedati, sebagai pengangkut hasil kebun. Perkebunan teh ini sekarang dibawah naungan PT Perkebunan Nusantara VIII.

Beberapa warga lalu lalang disekitar tenda, sambil meyapa kami bertanya hendak kemana, dan mereka menjawab ada acara keagamaan, kegiatan bulanan didesa ini yang letaknya di  situs keramat Cipabeasan, letaknya dipinggir tebing bukit Kertamanah. Yang terlihat hijau dan kokoh berdiri dari desa Cupunagara.

Saya dan kang Rama segera bergegas untuk menikmati berkendara di tengah hijaunya perkebunan teh ini. Melewati jalan menanjak, dengan sesekali jalan bebatuan dan lumpur sehabis hujan, sangat seru dan mengasyikan! terlihat tempat kami mendirikan tenda dan bermalam, dengan suasana desa yang sempurna

kang Rama on the road
Bishop semakin sexy, haha
peaceful!!
Berduyun-duyun ke acara keagamaan, terlepas dari acaranya, saya melihatya suatu harmoni antara alam dan manusia yg indah. Mereka rela jalan kaki menempuh beberapa kilomenter dengan jalan menanjak dan berlumpur untuk berkumpul menjalin silahturahmi dan keakraban. Bandingkan dengan di kota?mereka berperang argumentasi untuk politik yang busuk, menyebar kebencian di media sosial dengan artikel yang belum tentu kebenarannya. Yang kata mereka dalam rangka bentuk kepedulian terhadap republik ini. Memuakan!!!
Situs Cipabeasan. Disini terdapat makam kuno dan sebuah situ (danau kecil) yang sangat dikeramatkan. Menurut juru kuncinya, di lokasi ini juga dimakamkan seorang penyebar Islam yaitu Eyang Mangkunagara.
tempat yang akan saya rindukan, sampai jumpa Cupunagara! ********

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun