Mohon tunggu...
el lazuardi
el lazuardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warna-warni Kehidupan dalam Kenangan Bersama Kereta Api Kelas Ekonomi

1 Oktober 2022   20:14 Diperbarui: 2 Oktober 2022   21:46 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta api| Foto: Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta

Mereka datang silih berganti di sepanjang perjalanan sejak dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta hingga Stasiun Cirebon. Suasana gerbong pun terasa seperti sebuah pasar, ramai, dan berisik. Dan sebagai akibatnya, ketika hendak memejamkan mata barang sejenak pun menjadi susah.

Namun yang paling mengkhawatirkan adalah kehadiran para pengemis dan pengamen. Termasuk juga beberapa orang yang ternyata malah mencari kesempatan dengan menjadi pencopet. 

Keberadaan mereka betul-betul meresahkan. Tak jarang mereka marah-marah dan berkata kasar ketika tidak diberi. Alhasil perjalanan pun bukan saja terasa tak nyaman, tapi juga tak aman.

Tapi untunglah sejak tahun 2009 datang Pak Jonan yang memperbaiki segala keruwetan itu. Naik kereta api kelas ekonomi terasa lebih nyaman, seperti yang penulis rasakan empat tahun lalu. Tapi ya itu. Ada harga yang harus ditambah. Dan harga tiket kelas ekonomi pun naik sekitar tiga kali lipatnya.

2. Pentingnya Berbagi untuk Menjalin Keakraban

Ada hal menarik dalam perjalanan berkereta api dulunya. Yakni suasana yang penuh keakraban diantara sesama penumpang. Meskipun mereka sebelumnya tak saling mengenal. Dan semua itu bermula dari semangat berbagi yang mereka lakukan.

Berbagi tempat duduk, hal ini jamak dilakukan dahulunya. Tempat duduk untuk tiga orang disulap untuk empat orang. Maklum, dahulunya tiket yang dijual melebihi kapasitas tempat duduk sehingga banyak yang tak kebagian. Tapi tak usah khawatir, karena banyak orang-orang baik yang nantinya akan berbagi tempat duduk.

Penulis sendiri pernah beberapa kali merasakan hal pengalaman ini. Dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke Yogyakarta, penulis sering mendapat tiket tanpa tempat duduk. Maklum, beli tiketnya last minute.

Tapi, ketika berada diatas gerbong, selalu kebagian tempat duduk. Pasti ada saja Bapak-bapak atau Mas-mas yang menggeser posisi duduknya dan mengajak penulis duduk bersama mereka.

Tak hanya berbagi tempat duduk, para penumpang juga sering berbagi makanan dan minuman. Walau hanya sepotong roti atau segelas teh hangat, tapi mereka memberi dengan ikhlas, tanpa ada maksud lain, hanya ingin berbagi.

Semangat saling berbagi ini kemudian menghadirkan keakraban diantara sesama penumpang. Mereka saling sapa, saling bercerita. Suasana jadi hangat dan penuh keceriaan. Dan perjalanan  pun terasa tak melelahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun