[caption id="attachment_249583" align="alignleft" width="512" caption="Ayu Utami"][/caption] Romo Mangun tidak hanya dikenal sebagai rohaniawan. Dalam bidang sastra ia dikenal sebagai seorang penulis novel produktif. Beberapa karya sastra Romo Mangun antara lain: Burung-Burung Manyar (1981); Romo Rahadi (1981); Rara Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri (1983-1986), Burung-Burung Rantau (1992).Selama hidupnya, sosok bernama lengkap Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, dikenal akan keberpihakannya kepada rakyat, terutama kaum lemah, miskin, dan tersingkir. Melalui karya-karya yang diciptakannya, Romo Mangun menginspirasi banyak orang dan selalu menarik untuk dibicarakan lebih dalam.
Penulis novel Shaman, Ayu Utami menjelaskan, Romo Mangun lahir empat tahun setelah Pramoedya AnantaToer. “Namun, beliau baru menyumbangkan karyanya di usia lanjut. Meski begitu, setiap karya beliau selalu menggambarkan sosok-sosok tokoh yang detail. Sehingga setiap pembacanya dapat menggambarkan dengan jelas dan pasti tentang tokoh yang ditampilkan,” paparnya.
Ia juga menambahkan, dalam karya-karya Romo Mangun selalu mengedepankan proses pembuatannya, sehingga karya-karya beliau tersuguhkan secara sempurna. "Romo Mangun sangat memahami humanisme manusia secara ideal. Romo Mangun juga dinilai konsisten dan menolak standarisasi yang tidak sesuai dengan jati dirinya," imbuh wanita kelahiran Bogor, 21 November1968.
Ayu Utami menyampaikan pendapat ini pada Diskusi Forum Mangunwijaya VIII dengan tema “Novel-novel Romo Mangun: Sastra Hati Nurani” yang digelar Harian Kompas dan Dinamika Edukasi Dasar, di Rumah Dinas Walikota, Loji Gandrung, Solo, Jawa Tengah, (13/03). Diskusi yang mengupas karya-karya Romo Mangun ini juga menghadirkan sejumlah pembicara, yakni Emha Ainun Najib (Cak Nun), Bandung Mawardi, sastrawan Joko Pinurbo dan B Rahmanto (mantan Dosen Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma).