[caption id="attachment_228266" align="alignleft" width="300" caption="Bersama Jesica (paling kiri), saya, Michelle, dan Awang; foto bareng di depan Keraton Surya Negara"][/caption] Masih belum lenyap dalam ingatanku. Akhir bulan Oktober lalu, saya berkesempatan mengikuti perhelatan akbar Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia yang bertajuk Indonesian Youth Day 2012 di Sanggau, Kalimantan Barat. Sebuah kegiatan yang terinspirasi dari World Youth Day 2011 di Madrid, Spanyol. Hari terakhir IYD, saya bersama 3 orang kawan, yang secara insting hobi plesir. Tak sengaja "tersesat" di Keraton Surya Negara, Sanggau. Sebuah bangunan bersejarah yang terletak di bibir Kapuas Muara Kantuk. Setelah googling, Kerajaan Sanggau didirikan oleh Daradante pendatang dari Ketapang yang menikah dengan Babai Cingak dari suku Dayak Sanggau. Pusat pemerintahan berada di Desa Mengkiang (ke arah hulu sungai  Sekayam).  Kemudian pada tahun 1826 Sultan Ayub sebagai panembahan kala itu, memindahkan pusat kerajaan Sanggau ke Desa Kantuk. Itulah sepenggal kisah historis Keraton Surya Negara, Sanggau. Jujur, di kompleks Keraton Surya Negara, kami tidak menemukan informasi apapun. Kembali ke asal muasal tersesat. Awalnya, kami berempat mendapat rekomendasi untuk plesir ke Air Terjun Pancur Aji. Setelah bertanya sana-sini dan berhasil menghadang metromini. Kami pun melobi sang empunya transportasi umum tersebut. Tapi sayang, malam yang segera menjemput, -karena kala itu jam menunjukkan pukul 4 sore-, dan biaya carter metromini sebesar 200 ribu rupiah. Membatalkan niat kami melihat pesona Air Terjun Pancur Aji. [caption id="attachment_228268" align="aligncenter" width="300" caption="senja di tepian kapuas muara kantuk"]