Mohon tunggu...
Birgita Olimphia Nelsye
Birgita Olimphia Nelsye Mohon Tunggu... Desainer - Sambangi isi pikiranku.

Hakikat hidup adalah belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kontribusi Industri Kertas PaperOne dalam Mengelola Hutan yang Berkelanjutan

2 Mei 2017   18:24 Diperbarui: 3 Mei 2017   19:45 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Hutan di Indonesia memiliki luas mencapai 130 juta hektar. Hutan tersebut sebagian dikonversi ke hutan tanaman oleh industri. Konversi ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Terlebih, iklim tropis menjadi keuntungan tersendiri bagi negara Indonesia. Iklim tropis membuat hutan tanaman dapat dipanen hanya dalam jangka waktu lima tahun. Sedangkan daerah yang beriklim non-tropis memerlukan waktu hingga 40 tahun. Industri-industri yang mengelola hutan tersebut perlu dikontrol agar berjalan semestinya. Caranya adalah dengan mengelola hutan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.

            Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya pada Jumat, 14 April 2017 lalu ikut membahas mengenai persoalan hutan di Indonesia melalui Kuliah Umum dengan judul The Fascinating World of Forestry. Kuliah Umum ini bertujuan untuk mengedukasi para peserta tentang manajemen kehutanan yang berkelanjutan. Kuliah umum ini dihadiri dua pembicara, yaitu Petrus Gunarso PhD (Advisor PT Riau Andalan Pulp and Paper) dan Nyoman Iswarayoga (Director of Advocacy and Campaign Yayasan Sayangi Tunas Cilik).

Petrus Gunarso menyampaikan materi seputar manajemen kehutanan di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Perusahaan RAPP tergabung dalam sebuah anak perusahaan dari Grup APRIL (Asia Pasific International Limited). APRIL sendiri adalah salah satu perusahaan yang memimpin pulp dan kertas di dunia. APRIL sebagai bagian dari RGE Group Production menjalankan produksinya di Indonesia dan beroperasi di Provinsi Riau, Sumatera. Hasil produksi kertas dari perusahaan RAPP dikenal dengan merek “PaperOne”.

paperone-5908687db67e61c15fd456bf.png
paperone-5908687db67e61c15fd456bf.png
RGE Group yang didirikan oleh pengusaha Indonesia Sukanto Tanoto ini melaksanakan prinsip 4C. Prinsip ini mengharuskan praktek bisnisnya untuk membawa kebaikan bagi Masyarakat (Community), Negara (Country), Iklim (Climate), dan pada akhirnya baik bagi Perusahaan (Company). Namun menurut Nyoman Iswarayoga, prinsip tersebut masih belum lengkap karena tidak memasukkan Konsumen sebagai salah satu syarat kelangsungan perusahaan.

April Group mengantongi izin daripemerintah Indonesia (izin HPH, Hak Pengusahaan Hutan) untuk mengelola lahan seluas 1.000.000 hektar. Dari area ini, sebanyak 480.000 hektar telah disisihkan untuk perkebunan berkelanjutan. April memutuskan untuk tidak melakukan deforestasi (penebangan hutan untuk dialihkan ke hutan tanaman) lagi karena lahan yang digunakan sudah cukup untuk memenuhi pasokan pabrik.

Kegiatan Operasional Grup April

Kegiatan operasional kehutanan Grup APRIL memberikan kontribusi pada bidang pendidikan, pemberdayaan, dan infrastruktur. Pada bidang pendidikan, RAPP telah memberikan 17.600 beasiswa kepada para pelajar, merenovasi dan mengembangkan sebanyak 219 sekolah di pedesaan, serta mensponsori pelatihan untuk 600 guru. Dalam pemberdayaan, April memberikan kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah, membantu menciptakan lapangan kerja baru, dan membantu pengusaha kecil. Sedangkan dalam bidang infrastruktur, mereka membantu membangun jalan sepanjang 12.000 km, meningkatkan akses pada bidang pendidikan, dan memberi dukungan sosial di berbagai bidang (seperti perawatan kesehatan dan perumahan), serta membantu meningkatkan standar hidup dan menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah beroperasi.

April mempekerjakan tenaga outsourcing dalam perusahaannya. Namun, outsourcing yang mereka terapkan sedikit berbeda dari outsourcing yang sering ditolak dalam demo buruh. Penolakan terhadap outsourcing sebenarnya adalah karena ketidakpastian akan adanya kelanjutan hubungan kerja. Meskipun begitu, outsourcing dalam Grup April telah membantu dalam menciptakan pengusaha baru. Khususnya dalam memasarkan hasil tanaman kebun.

Pengelolaan Hutan

April melakukan pengelolaan berbasis bentang alam. Mereka menyadari bahwa persoalan kebakaran mengakibatkan persoalan bentang alam. RAPP menyadari bahwa aktivitas industri mereka dapat meninggalkan kerusakan pada hutan. Meskipun mereka mengantongi izin restorasi untuk mengembalikan hutan kembali. Namun, kerusakan hutan tersebut pada dasarnya mengambil ruang hidup masyarakat untuk hidup nyaman bersandingan dengan alam. Sementara itu, izin restorasi pun sebenarnya mengambil ruang kelola hutan oleh masyarakat. Maka, solusi untuk meningkatkan peran masyarakat adalah dengan mendorong masyarakat untuk membantu merawat hutan dan mencegahnya dari kebakaran. RAPP mengajak masyarakat untuk menerapkan pertanian dengan tidak membakar lahan.

Komitmen untuk mencegah kebakaran hutan ini nampak dalam program Desa Bebas Api (Free Fire Village). Tujuan program ini adalah untuk menciptakan desa yang bebas dari kebakaran hutan. Untuk itu April berkolaborasi dengan masyarakat, pemangku kepentingan, dan lembaga penegak hukum lainnya. Program ini memiliki 5 pendekatan, antara lain insentif senilai Rp100.000.000 bagi desa yang tidak mengalami kebakaran hutan selama satu tahun, membentuk Ketua Tim Komunitas Pemadam Kebakaran, menciptakan alternatif pembukaan lahan pertanian yang berkelanjutan, Pemantau Kualitas Udara, dan Kampanye Peningkatan Kesadaran Publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun