Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bung Ara Adalah Anugerah Buat Sumut

12 September 2016   19:12 Diperbarui: 12 September 2016   19:47 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Ahok Djarot ditetapkan Bu Mega menjadi pasangan tetap PDIP, tensi pilkada DKI langsung turun. Ketegangan menurun drastis. Puncak kompetisi berakhir sudah. Tarik menarik, gosok menggosok, tekan menekan, tikung menelikung antara 10 partai yang memiliki kursi di DPRD DKI berakhir. Tinggal dua kekuatan utama head to head. PDIP, Nasdem, Golkar, Hanura vs Gerindra, PKS plus.

Netizen asal Sumut yang selama ini menjadi netizen paling militan mendukung Ahok mulai tenang dan dingin. Tidak ada lagi wajah garang beraroma mengancam nakut nakuti, membully seperti selama ini menghiasi timeline kita .

Sebagian teman2 asal Sumut memandang Pilkada DKI sudah usai. Mereka malah tertarik agar saya dan teman2 lain seperti Bung Denny Siregar mau turun gunung mencari sosok calon pemimpin Sumut.

Sumut dengan 33 Kabupaten Kota tentu menarik untuk dipikirkan. Selama dua periode PKS jawara di Sumut. Kader PKS menguasai Sumut. Atmosfir politik Sumut berubah drastis setelah PKS menguasai sendi sendi pemerintahan Pemprov Sumut.

Setelah Gubernur Gatot Pudjo Nugroho, kader utama PKS terkena kasus suap korupsi, peta pertarungan politik di Sumut langsung berubah. PKS terkena tulah. Mengaku partai bersih dan jujur, yang terjadi malah sebaliknya. Citranya habis dimakan kelakuan busuk Gatot dan istri muda Gatot.

Sayangnya, sampai saat ini belum nampak sosok calon pemimpin Sumut yang punya citra kuat berkarakter. Publik melihat apatisme orang Sumut atas politik sdh pada titik nadir. Bayangkan Pilwako Medan kemarin hanya 20an persen saja pemilih menggunakan hak suaranya.

Korupsi gila gilaan. Hampir semua anggota DPRD Sumut masuk penjara. Dari Ketua hingga anggota semuanya bermasalah.

Budaya politik Sumut memang sangat berbeda dgn daerah lain. Meski egaliter, namun segragasi simbol simbol kesukuan, agama dan aliran politik masih dominan di benak masyarakat Sumut.

Jangan heran, kimiawi pragmatisme plus primordialisme menjadi unsur paling kuat mencengkeram perpolitikan Sumut.

Jika sudah begini, adakah jalan keluarnya?

Entahlah, sepertinya saya kok skeptis dan pesimis ya melihat kondisi Sumut yang semakin buram masa depannya . Gambaran saya belum melihat adanya sosok karakter kepemimpinan yang membebaskan Sumut dari perampokan penggarong, preman politik dan intoleransi relasi sosial yang semakin mengkhawatirkan.

Skeptisme dan pesimisme publik Sumut dalam menyambut pilkada Sumut 1 ternyata beberapa waktu lalu berbalik situasinya. Mungkin kejenuhan yang sudah sampai titik nadir itu tiba tiba dikejutkan dengan kehadiran sosok pemimpin muda nasional yang punya hubungan sangat dekat dengan Presiden Jokowi. Sosok politisi cerdas dan bersih asal PDI Perjuangan ini ikut mendampingi Presiden Jokowi saat berkunjung ke Nias, Sibolga, Samosir dan Balige. Maruarar Sirait namanya.

Entah mengapa saat Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba lalu, nama Bung Ara menggema di sepanjang jalan Soposurung hingga Simpang Bulele sejauh 3,6 kilometer. Suara suara dari lautan manusia di sepanjang jalan karnaval itu berteriak serentak dengan ekspresi penuh pengharapan agar Ara mau turun menyelematkan Sumut. Seakan akan puluhan ribu warga yang berdiri menyemut itu mengerti sinyal bahwa Jokowi membawa Bung Ara memang untuk dipersiapkan sebagai Sumut 1.

Menyelamatkan Sumut dari kepemimpinan yang gagal mengantarkan Provinsi Sumut menjadi Provinsi berhasil yang setara dengan provinsi sukses lainnya. Bung Ara diharapkan bukan saja mampu memberikan kesejahteraan warganya, namun Ara harus bisa melakukan reformasi birokrasi pemda Sumut yang acak kadut penuh sarat korupsi dan penyelewengan.

Ekspresi suara kebatinan publik yang begitu kencang adalah panggilan yang tulus untuk Ara. Dan Ara sejatinya tidak menutup telinga dan membutakan matanya karena Ara adalah anugerah bagi Sumut untuk lepas dari kegelapan dari tata kelola pemerintahan yang bermasalah.

 

Salam memBara
Birgaldo Sinaga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun