Mohon tunggu...
Binti Rosyidatul Maulida Zuhri
Binti Rosyidatul Maulida Zuhri Mohon Tunggu... Universitas Jember

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemacetan Kota: Masalah Ekonomi yang Tak Pernah Usai

18 September 2025   02:42 Diperbarui: 18 September 2025   02:42 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah klasik di berbagai kota besar di Indonesia. Hampir setiap hari masyarakat di Jakarta, Surabaya, Bandung, hingga Medan harus menghadapi antrean kendaraan yang panjang. Meskipun sering dianggap sekadar persoalan transportasi, sesungguhnya kemacetan memiliki dimensi ekonomi yang sangat besar. Materi perkuliahan Ekonomi Kota menjelaskan bahwa kemacetan termasuk eksternalitas negatif---yaitu kerugian yang ditanggung masyarakat luas akibat aktivitas ekonomi yang dilakukan individu maupun perusahaan.

Kemacetan sebagai Eksternalitas Negatif

Dalam teori ekonomi perkotaan, setiap perjalanan menggunakan kendaraan menimbulkan biaya pribadi (marginal private cost), misalnya bensin, parkir, atau biaya perawatan kendaraan. Namun, ada juga biaya sosial (marginal social cost) yang sering tidak diperhitungkan pengguna jalan. Biaya sosial ini meliputi kerugian waktu orang lain yang ikut terjebak macet, polusi udara yang dihirup masyarakat, hingga peningkatan stres dan produktivitas kerja yang menurun.

Contoh paling jelas dapat dilihat di Jakarta. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jakarta pernah mencapai lebih dari Rp100 triliun per tahun. Angka ini mencakup hilangnya jam kerja produktif, pemborosan bahan bakar, serta meningkatnya biaya kesehatan akibat polusi udara.

Penyebab Utama Kemacetan di Kota Besar

Ada beberapa faktor yang membuat kemacetan semakin parah di perkotaan, antara lain:

1. Pertumbuhan kendaraan lebih cepat daripada pembangunan jalan.

Di Indonesia, penjualan mobil dan motor terus meningkat, sementara penambahan panjang jalan sangat terbatas karena keterbatasan lahan.

2. Kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi.

Banyak masyarakat masih lebih nyaman menggunakan mobil atau motor ketimbang transportasi umum, karena alasan fleksibilitas, kenyamanan, dan minimnya integrasi antar moda transportasi.

3. Distribusi tata guna lahan yang tidak seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun