Mohon tunggu...
Bintang Rizki
Bintang Rizki Mohon Tunggu... Ilmuwan - ASN Provinsi NTB

Traveler Blogger www.facebook.com/bynthajja @bintangrizki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gemar Menulis Gara-gara Buku Ensiklopedia dari Sang Ibu

5 Oktober 2017   10:29 Diperbarui: 5 Oktober 2017   10:38 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.facebook.com/bynthajja

Hobi menulis ini sebenarnya diawali dari kegemaran membaca yang muncul sejak masih duduk di sekolah dasar (SD). Saat itu penulis ingat sekali, ibu selalu membawakan buku ensiklopedia dari sekolahannya. Kebetulan Ibu adalah guru SMP di kota, sedangkan penulis hanya bersekolah di perkampungan saja, yang terkadang guru mau masuk atau tidak, murid ada atau tidak ~ tidak menjadi masalah. Saat itu Ibu selalu membawa buku-buku Ensiklopedia tentang Antariksa. Sesuai nama, BINTANG, penulis selalu menyukai hal-hal terkait dengan bintang, mulai dari bintang paling terang, bintang terjauh hingga bintang terdekat dengan bumi. "Semua yang dapat menghasilkan cahaya sendiri disebut bintang..."

Kebiasaan membaca akhirnya membuat penulis ketagihan, mulai dari macam Ensiklopedia yang full gambar hingga buku-buku pelajaran yang non gambar. Alhamdulillahnya penulis selalu mendapat peringkat di kelas, padahal penulis sering absen masuk kelas karena dulunya masih menjalankan profesi sebagai seorang atlet. Pelajaran di kelas seolah bukanlah barang berat, terutama matematika dan IPA, entah mengapa menjadi sahabat saat masih di bangku sekolah.

Kebiasaan membaca tersebut tanpa disadari ternyata membuat jemari penulis mahir merangkai kata-kata. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di tahun 2011, penulis memberanikan diri mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja tingkat Kabupaten. Penulis ingat sekali waktu itu hanya bermodalkan literatur berbagai buku dan internet dengan dibantu seorang kawan. Kami sama sekali tanpa pembimbing, tetapi Alhamdulillah, tahap demi tahap penyeleksian, jalan kami selalu mulus hingga tiba saat presentasi. Saat itu pendaftarnya mencapai 50 tim, tetapi untuk presentasi hanya membutuhkan 10 tim.  Penulis melirik seluruh tim peserta yang didampingi oleh seorang pendamping, sepertinya guru di sekolahan masing-masing, hanya tim kami yang tidak. Karya ini benar-benar kami belajar keras hingga tak segan memaksa orang tua untuk mengizinkan keluar malam hari demi ke warung internet (warnet), saat itu di kabupaten penulis masih terbatas yang menyediakan sarana internet.

Presentasi berlangsung, pertanyaan demi pertanyaan mampu kami jawab dengan tegas hingga menghantarkan kami pada juaranya. Wasyukurilah... Tetapi itu belum akhir dari cerita penulis. Minat baca yang tinggi membuat penulis semakin penasaran untuk membeli buku-buku apa saja. Saat di bangku kuliah, kebetulan penulis bersekolah di sekolah Ilmu Pemerintahan, buku seakan menjadi menu wajib yang harus dilahap habis, seperti nikmatnya gorengan selagi hangat ~ Setiap jam pesiar (jam diperbolehkan untuk keluar kampus karena penulis bersekolah di sekolah kedinasan) penulis selalu membeli buku. Terkadang waktu pesiar 2x seminggu jika pengasuh lagi berbaik hati, atau sebaliknya tidak pesiar samasekali dalam sebulan, pesiar seminggu sekali atau 2x sebulan. It's so depend of em, hehe...

Kebiasaan membaca yang ditularkan sejak dini oleh sang Ibu melatih otak untuk berfikir untuk menciptakan berbagai inovasi, mulai tentang pemberdayaan masyarakat pesisir, hingga memberikan tips tentang mengasah diri sendiri. Berbagai tulisan yang penulis buat pada akhirnya menghantarkan penulis untuk mengikuti beberapa event, seperti Lomba Karya Tulis tingkat nasional dan mendapat juara, pemakalah di berbagai konferensi Internasional baik dalam negeri maupun luar negeri dan beberapa tulisan juga termuat di jurnal kampus bahkan pernah mendapat kepercayaan tulisan yang teregistrasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Tidak hanya itu, koran lokal juga mejadi sasaran penulis, karena keterbatasan waktu sebagai anak sekolah kedinasan, penulis merasa masih perlu belajar lebih banyak, cita-cita penulispun ingin berkontribusi dalam membangun daerah terutama sumber daya manusia. Menurut penulis jika kita belum mampu bersuara karena masih dalam level bawahan, menulislah. Berpidato mungkin akan diingat oleh orang-orang saat itu, tetapi siapa menyangka jika kita menulis akan dikenang seumur hidup.

Cerita dari penulis sebenarnya sedikit ingin berbagi, jika ingin anak-anak bangsa lebih kreatif dan inovatif, solusi membiasakan membaca sejak dini itu perlu bahkan saat anak-anak belum bisa membaca sendiri, coba untuk didongengkan. Motorik dan daya ingat semasa kecil itu sangat kuat. Jangan dibiasakan bermain gadget dan melupakan buku, karena era modernisasi saat ini membuat anak-anak kita ketagihan gadget dan tak heran jika nanti mereka menjadi malas belajar, tidak punya kreatifitas dan terjerumus hal-hal yang kurang menguntungkan...

Semoga bisa menjadi pencerahan dan mari bersama-sama menularkan minat baca pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun