Mohon tunggu...
Bintang R.A Marpaung
Bintang R.A Marpaung Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Manajemen Rekayasa Institut Teknologi Del

Hai, Saya Bintang Rachel Aprilia Marpaung Mahasiswa Manajemen Rekayasa, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Del Semoga Tulisan ini dapat bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manajemen Risiko dalam Kebijakan 'New Normal'

17 Juni 2020   18:07 Diperbarui: 17 Juni 2020   19:33 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan masyarakat dunia, salah satu bentuk pencegahan wabah virus corona yang tengah meluas adalah himbauan untuk masyarakat tetap berada di dalam rumah. Segala kegiatan umum seperti bekerja, sekolah bahkan kegiatan ibadah dianjurkan agar dilakukan di rumah saja. Pencegahan ini juga didukung oleh kampanye #dirumahaja (baca : hashtag di rumah aja) dari berbagai situs sosial media seperti Instagram, facebook, twitter dan lain sebagainya.

Hampir semua negara yang telah menghimbau masyarakatnya untuk tidak beraktivitas di luar rumah kecuali jika ada urusan mendesak yang mengharuskan adanya kegiatan di luar seperti membeli kebutuhan pokok. Perubahan tersebut sangat berdampak dibanyak sektor, pasalnya perubahan aktivitas masyarakat tersebut membuat dunia usaha sepi, seperti pada bidang pariwisata, transportasi online, penjualan retail, dan yang lainnya.

Seiiring berjalannya waktu, tinggal di rumah dinilai tidak bisa selamanya diterapkan untuk menjaga keseimbangan perekonomian. Sejumlah negara pun mulai melonggarkan kebijakan terkait mobilitas masyarakatnya dengan tatanan pola hidup baru atau disebut dengan new normal.

Apa dan seperti apa new normal itu? Ketua tim pakar gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup “Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas dan bekerja dan tentunya mengurangi kontak fisik dengan orang lain dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah” kata Wiku (Source : Kompas.com)

Pemberlakuan kebijakan new normal ini telah menghasilkan dua kubu pendapat (pro-kontra). Bagi pihak pro bahwa pilihan kebijakan new normal adalah jalan untuk memulihkan ekonomi agar kondisi ekonomi bisa stabil kembali. Pasalnya, angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 hanya 2,97 persen dan akan terus menurun hingga mencapai 2,3 persen. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus corona, seperti physical distancing, Work From Home, dan PSBB. Dipihak lain, bagi pihak kontra berargumen bahwa kondisi kesehatan akan terus menurun dan pasien akan bertambah banyak akibat kebijakan baru ini. Dilansir bahwa pasien bertambah per 17 Juni 2020 menunjukkan bahwa pasien terinfeksi terus meningkat dengan kenaikan +1.106 orang sehingga total kasus menjadi 41.431 kasus. (pikiran rakyat.com, Juni 2020)

Situasi dilematis yang sedang terjadinya ini mau tidak mau harus dilakukan dengan menerapkan manajemen risiko secara radikan baik struktural maupun kultural.

Terminologi manajemen risiko digunakan dalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan secara ringkas menjelaskan manajemen risiko sebagai sebuah perbuatan (praktik) dengan manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola resiko sebuah proyek.

Menurut Wikipedia, manajemen risiko merupakan suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Startegi dapat diambil antara lain dengan menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengolahan sumberdaya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kegagalan, ancaman atau becana yang tidak diinginkan. Upaya-upaya ini dilakukan secara terencana, terstruktur dengan pendekatan-pendekatan yang holistik dan terintegratif.

Hal yang tidak diinginkan adalah krisis ekonomi dan krisis kesehatan, maka dilakukan manajemen resiko untuk mengkoordinir krisis tersebut untuk meminimalisir kemungkinan buruk yang akan terjadi kedepannya.

Fungsional struktural memandang bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian ayang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk kesatuan (Ritzer, 2013). Bagian yang tidak dapat berfungsi jika bagian yang lainnya tidak ada, ekonomi dan kesehatan adalah dua unsur yang saling berhubungan dan satu kesatuan dalam suatu sistem masyarakat dan bernegara yang perlu dipertahankan keseimbangannya.

Dalam konteks ini keberfungsian negara dan masyarakat untuk memulihkan krisis ekonomi dan krisis kesehatan harus berjalan beriringan agar semua sistem dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dapat mencapai titik keseimbangan. Keberfungsian negara dan masyarakat dapat mengikuti skema AGIL fungsionalisme struktural. Setiap sistem harus memenuhi empat syarat fungsional yang di kenal sebagai skema AGIL, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun