Sejak diprakakarsai pada 19 Agustus 2015, MNC Land bekerja sama dengan Investor Donal Trumph telah menggagas pembangunan wahana wisata sekelas ‘Disneyland’ di Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibalik arus perubahan tersebut, terselip kegetiran pemerhati lingkungan, manakala pembangunan tersebut justru menjadi ancaman bagi rumah konservasi dan ekowisata Bodogol.
Kendati disebut sebagai pesaing Dunia Fantasi di Jakarta, The Jungle di Sentul, Trans Studio di Bandung, rencana pembangunan theme park yang serupa Disneyland, tidak melulu disikapi positif oleh masyarakat dan pemerhati lingkungan sekitar. Okupasi terhadap Danau Lido dan kebisingan pembangunan infrastruktur akan mengancam rumah satwa di di Bodogol, di mana selama puluhan tahun, telah menjadi benteng pertahanan konservasi Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Owa Jawa (Hylobates moloch),dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus).
Bersisihan dengan itu, pihak Taman Nasioal Gunung Gede Pangrango (TNGGP) secara jelas telah memberikan ijin untuk pembangunan kawasan yang telah di tetapkan menjadi zona konservasi Taman Nasional sejak akhir tahun 1980.
“Kalau skyline jadi, berarti jelas ada kawasan hutan baik zona inti, rimba dan pemanfaatan yang akan kena imbasnya (pembagunan pancang/tiang). Agreement pun sudah disepkati oleh pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP),” jelas Elan Juanda selaku ketua pengelola dan bagian program Pusat Pendidikan dan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Bodogol, Selasa (18/10).
Elan juga menjelaskan, tak hanya menjadi rumah untuk keanekaragaman hayati, Bodogol juga menjadi rumah sekurangnya 6 ekor dari Macan Tutul Jawa. Ia gelisah akan ketidaksiapan peran Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ketika ada invasi wisatawan.
“Yang ditakutkan lagi adalah setelah proyek tersebut, kemudian PPKAB jadi kawasan wisata massal, maka efeknya akan lebih parah lagi terhadap habitat dan satwa. Pihak TNGGP serta stockholder harus lebih siap lagi menghadapi dampak wisata masal. Terlebih dalam wilayah PPKAB ada 6 ekor daerah jelajah Macan Tutul Jawa,” tambahnya.
Tidak bisa dipungkiri memang,rencana pembuatan resort bintang enam di area 3000 hektar ini juga turut membangun perekonomian masyarakat. Sarana pendukung pengembangan kawasan tersebut pun dibuat dengan akses pembangunan tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi). Seksi I jalan tol Bocimi ruas Ciawi-Cigombong sepanjang 15.35 kilometer (KM). Seksi II dengan ruas Cigombong-Cibadak dengan panjang 11,9 km. Seksi III ruas Cibadak-Sukabumi Barat dengan panjang 13,7 km. Dan seksi IV ruas Sukabumi Barat-Sukabumi Timur sepanjang 13,03 km.
“Saya berharap tempat pendidikan, penelitian dan ekowisata ini tetap lestari. Harus bisa balance antara ekologi dan kegiataan wisata. Jangan sampai kawasan rusak karena kegiataan wisata, “ harapnya. (bin)