Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Persiapan Sejak Dini (2)

10 November 2017   16:49 Diperbarui: 10 November 2017   16:59 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

'Ngalor-'ngidul ...

He he he ... Ada yang jual suara, ada yang beli suara. Karena yang dibeli adalah suara, maka yang didapat adalah ... suara/bunyi. Pembeli adalah raja, katanya. Jadi kalau pembeli pengin suara "a", maka suara harus "a". Pengin "b", akan terdengar "b".  Ada yang "beli suara" dengan jalan mencari, seperti orang beli burung di pasar burung ... atau di kontes burung berkicau. Ada yang beli "mentahan", dan kemudian dilatih agar "burung" itu mau "berkicau" sesuai dengan keinginan sang pembeli. Lain tentunya ..., bila yang dicari adalah "dukungan" yang diperoleh karena ada kesesuaian pemikiran. Apalagi bila dukungan itu diperoleh bukan dari hasil "kloningan" ... dan orang-orang yang bersangkutan ... tidak berada pada bidang ilmu yang sama, tidak juga berada pada strata sosial yang sama, tidak berada pada sektor "mengais rejeki" yang sama dan sebagainya. Pendek kata, beragam dan berbeda. Disini kita bicara mengenai si burung bernama Garuda. Yang terbangnya tinggi, hingga mempunyai wawasan luas dari apa yang dilihatnya. Namun karena matanya cuma ada dua, sekalipun luas, tetaplah punya keterbatasan tertentu. Ada "titik buta" yang membuat beberapa hal pada arah/tempat berbeda yang tak tertampak olehnya. Tetapi itu jika burungnya cuma satu. Kalau ada banyak, berada pada tempat yang berbeda, terbang pada ketinggian yang berbeda, bila informasi dari mereka dikumpulkan semua, maka akan didapatlah wawasan yang komplit dan "uptodate" pada saat tersebut. Begitu pula halnya dengan orang yang mendapat dukungan diakibatkan karena adanya kesesuaian pemikiran. Apa yang kiranya luput dari perhatian, akan dikompliti oleh orang-orang yang mendukungnya dengan corak latar belakang kehidupan yang beragam.

...

Ini sekedar unjuk pemikiran saja terkait dengan masalah endapan yang timbul pada sungai. Pada daerah perkotaan yang sudah pada tahap sedemikian padatnya, dimana kemudian ditemui kesulitan untuk menata daerah pinggiran sungai yang mengalir melalui kota tersebut dan kemudian mendapati bahwa ada saat-saat dimana sungai tersebut harus dikeruk endapannya, kiranya pada area sungai sebelum masuk pada kawasan yang sulit ditata itu, bisa dibangun struktur seperti gambar diatas. Itu sebetulnya tehnologi "milik" bidang pengolahan air minum/limbah, tetapi kiranya bisa diterapkan juga di sungai. Faktor L1diperoleh dari laju arus dan endapan seperti apa yang "umumnya" lewat disitu. Sedangkan faktor L2 kiranya bisa diperoleh dari nilai tertinggi berdasar nilai debet tertinggi air yang mengalir pada saat musim hujan. 

Membangunnya ini memang butuh biaya, tetapi itu nantinya berguna untuk menghemat "biaya pemeliharaan" yang harus dikeluarkan untuk "merawat" sungai tersebut. Bukan semata daerah pinggir sungai yang padat pemukiman, pinggiran sungai yang sudah diperindah dengan taman kiranya juga perlu. Khan sayang juga, habis 'mbangun bangus-bagus, kemudian perlu "dibongkar" semata untuk melakukan proses pengerukan air sungai. Pada kawasan yang rawan terjadinya pencemaran air sungai, kiranya metoda ini kiranya juga  bisa dipakai untuk mengkondisikan kondisi air di sungai tersebut sebelum di buang ke laut. Tetapi kalau pencemarannya parah, perlu fasilitas tambahan juga tentunya. :)

Mengenai faktor biaya itu, kiranya tidak menghitung menurut angka-angka yang "berlaku" saat ini, tetapi di masa kedepannya. UMR tambah naik atau tidak ? Kemudian, bahan baku semen, itu apakah harganya akan sama terus, bila barangnya menjadi langka disebabkan telah digunakan secara besar-besaran pada masa sebelumnya. Dan sebagainya.

Hal serupa sebenarnya juga bisa diterapkan untuk selokan yang tertutup karena dibuat jalan masuk rumah/bangunan. Sehingga pada area persis ditempat yang ditutup atasnya itu, tidak terjadi proses pengendapan material (dengan catatan si empunya rumah/bangunan, tidak meletakkan lubang buangan air limbah rumah tangganya di posisi tersebut). Itu akan menghemat biaya di kedepannya. Perlu diperhatikan juga masalah tenaga kerja. Bahwa akan semakin sedikit orang yang mau berkotor-ria dengan endapan selokan (meskipun dibayar), kalaupun ada ... ongkosnya pasti mahal. Pola pemikiran yang mengharapkan "donor tenaga" dari daerah pedesaan (yang diharapkan akan mau menggarapnya) pun kiranya juga harus dirubah. Karena ada "kecenderungan" orang di desa telah enggan, ... bahkan untuk bertani pun. 

Gotong-royong membersihkan selokan ?Mungkin itu bisa menjadi solusi alternatif. Tetapi ... omong-omong, kapan sampeyan terakhir kali melakukannya ?:D 

Terkait masalah endapan selokan itu sampai terpikir juga, apa perlu bikin robot khusus yang bisa melakukan itu, yah. :D

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun