Mohon tunggu...
Bina Izzatu Dini
Bina Izzatu Dini Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menjalani studi Strata 1 Bahasa dan Sastra Mandarin di Tiongkok

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menilik Kebijakan Pembatasan Akses Internet di China

27 Mei 2015   17:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:32 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh sebelum saya menginjakkan kaki ke China, saya sudah mempunyai kesan awal tentang China yang sangat membekas di hati, bahwa China merupakan negara yang melakukan pengawasan internet yang sangat ketat. Saat itu, berita mengenai pemblokiran media sosial yang mendunia seperti facebook, twitter, blog, termasuk salah satu hal yang merisaukan saya sebelum berangkat ke China. Saya tidak pernah membayangkan hidup tanpa media-media sosial tersebut, bagaimana cara saya untuk mengikuti perkembangan dunia? Bagaimana saya bisa berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman saya di Indonesia? Bukan hanya saya yang memandang negatif terhadap kebijakan internet China, namun banyak juga teman saya baik di Indonesia maupun di luar negeri yang memandang negatif bahkan mengolok terbatasnya kebebasan berinternet di China.

Setelah beberapa tahun hidup dan tinggal di China, perlahan saya mulai mempunyai pandangan dan kesan baru mengenai kebijakan pemblokiran internet yang diterapkan oleh pemerintah China, dan toh saya masih bisa hidup dengan baik walaupun berbagai akses internet diblokir oleh pemerintah China. Ternyata kebijakan China yang dulu saya anggap menyeramkan itu mempunyai banyak sisi positifnya yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Pertama, kebijakan penyaringan internet di China bermanfaat untuk menyaring berita-berita yang membahayakan stabilitas dan keamanan negara. Salah satu contoh yang saya masih ingat jelas, sekitar setahun yang lalu mendadak Instagram diblokir, padahal sebelumnya akses Instagram baik-baik saja. Setelah browsing dan mencari informasi, ternyata saya menemukan bahwa Instagram diblokir karna merebaknya foto demonstrasi pro-demokrasi di Hongkong. Pemerintah China tidak ingin demonstrasi di Hongkong memberikan pengaruh yang tidak diinginkan di China daratan. Sungguh sebuah antisipasi yang sangat cepat.

Selain itu, pembatasan kebebasan internet juga sangat berhasil memerangi pornografi.Ya, salah satu yang diblokir aksesnya secara besar-besaran oleh China adalah pornografi. Tidak bisa dipungkiri, pornografi merupakan sebuah penyakit sosial yang menjangkit banyak kalangan masyarakat, mulai orang dewasa, remaja, hingga anak-anak. Padahal, pornografi memberikan dampak negatif jangka panjang yang sangat berbahaya bagi pecandunya. Maka jika dilihat dari sudut pandang ini, keputusan memblokir situs-situs pornografi merupakan keputusan yang sangat bijak, bukan?

Kemudian, kebijakan ini juga memberikan keuntungan secara finansial. Keuntungan yang diperoleh dari transaksi online dan iklan akan tersalur untuk negeri China sendiri, tidak untuk negara luar. China sudah lama memiliki sejarah yang kurang dinamis dengan perusahaan search engine terbesar di dunia, yaitu perusahaan Google. Hal ini merupakan salah satu alasan China memblokir akses Google, mulai dari mesin pencarian, gmail, sampai google playstore. Apakah dengan itu China rugi? Tidak, justru sebaliknya. Semua keuntungan iklan yang akan mengalir ke google seandainya google tidak diblokir, sekarang justru mengalir ke perusahaan-perusahaan lokal seperti baidu dan tencent.

Terakhir, pembatasan akses terhadap internet juga mengasah kreatifitas masyarakat China. Diblokirnya berbagai macam website dan aplikasi luar tidak membuat rakyat China ketinggalan zaman, justru mengeksplorasi kreatifitas mereka. Begitu banyak aplikasi dan website tandingan yang tidak kalah keren daripada aslinya. Sebutlah Baidu untuk menggantikan google, QQ untuk menggantikan email dan facebook, wechat untuk menandingi line dan whatsapp, berbagai macam application store China untuk mengantisipasi pemblokiran Google Playstore, dan masih banyak lagi. Tidak hanya terkenal di China, bahkan beberapa dari aplikasi tersebut tersebar mendunia. Sebagai buktinya, teman-teman saya di Indonesia, atau bahkan negara tetangga Malaysia dan Singapura juga menggunakan Wechat.

Kebijakan pembatasan akses internet di China tersebut pastinya juga memiliki dampak negatif. Namun setiap negara punya caranya masing-masing, begitu juga China. China, dengan caranya sendiri, berhasil membuktikan kesuksesannya pada dunia. China berhasil menjadi negara pengekspor nomor satu di dunia, dan berhasil menjadi raksasa perekonomian Asia dan dunia. Selain itu, China juga membuktikan bahwa kebijakan internetnya membawa dampak baik untuk keamanan dan stabilitas negara. Namun begitu, belum tentu cara yang sama akan menuai hasil yang sama jika diterapkan di negara lain. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Indonesia, masih harus berjuang keras untuk menemukan metode terbaik untuk memajukan negara, dan untuk menaikkan nama negara ke tingkat yang lebih tinggi dan disegani dunia.

Catatan penulis: Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba Beasiswa ICC (Indonesia China Center) 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun