Mohon tunggu...
Dimas Bima Setiyawan
Dimas Bima Setiyawan Mohon Tunggu... frelance

membuat berita, surveyor, analisis, konsultan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Diujung Pengembaraan

14 Februari 2025   09:45 Diperbarui: 14 Februari 2025   09:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cahaya diujung pengembaraan

Cahaya di Ujung Pengembaraan

Mimpi Seorang Pemuda

Di sebuah desa kecil yang tandus, hiduplah seorang pemuda bernama Amir. Ia memiliki tekad yang kuat untuk menuntut ilmu, namun keadaan ekonominya yang sulit membuatnya ragu. Suatu hari, ibunya berkata dengan penuh keyakinan, "Nak, ilmu itu cahaya. Pergilah dan carilah, meski harus menempuh jalan yang terjal."

Dengan hanya sepotong roti dan keyakinan dalam hati, Amir berangkat ke negeri jauh, tempat para ulama besar mengajarkan ilmu. Namun, perjalanan itu tidak mudah. Ia kehabisan bekal, tertolak di banyak tempat, bahkan terpaksa tidur di emperan masjid. Setiap hari ia berdoa, "Ya Allah, bimbing aku dalam pencarianku ini."

Di tengah perjalanan, Amir bertemu dengan sesama musafir yang juga ingin menuntut ilmu. Mereka berbagi cerita, menguatkan satu sama lain, dan berjalan bersama menuju kota ilmu yang mereka impikan. Namun, banyak cobaan yang mereka alami. Salah satu temannya jatuh sakit karena kelaparan, dan Amir harus berbagi satu-satunya roti yang ia miliki untuk menyelamatkan nyawa sahabatnya.

Pertemuan dengan Sang Sufi

Suatu malam, di tengah keputusasaannya, Amir bertemu dengan seorang lelaki tua berjanggut putih dan sorban lusuh. "Engkau tampak lelah, anak muda. Apa yang kau cari?" tanya lelaki itu.

"Aku mencari ilmu, tetapi jalannya terlalu sulit," jawab Amir dengan lirih.

Lelaki itu tersenyum. "Ilmu bukan sekadar hafalan, tetapi cahaya yang menerangi hati. Mari ikut aku."

Amir mengikuti lelaki tua itu ke sebuah pondok sederhana di pinggiran kota. Di sana, lelaki itu yang ternyata seorang sufi bijak, mengajarinya tentang ilmu yang tidak hanya dihafal, tetapi diamalkan. Setiap hari, Amir membantu pekerjaan di pondok, dari memasak hingga membersihkan tempat ibadah. Setiap pekerjaan kecil ternyata memiliki makna mendalam dalam membentuk keikhlasan dan kesabaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun