Mohon tunggu...
Bimayu Rati
Bimayu Rati Mohon Tunggu... Freelancer - Undergraduate Biology Student at Universitas Indonesia

Undergraduate Biology Student at Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Evolusi Ekor Widowbirds dan Warna Bulu Bishops

14 Desember 2019   23:45 Diperbarui: 14 Desember 2019   23:48 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spesies widowbird Afrika yang mempunyai ekor panjang merupakan contoh dari seleksi seksual intraspesifik yang telah diketahui tetapi variasinya yang masih belum diketahui. 9 spesies widowbird dan 8 bishop dari genus Euplectes (subfamily Ploceinae) didistribusikan secara luas di seluruh padang rumput di sub-Sahara Afrika. 

Seluruh Euplectes poligami, dan menunjukkan karakter seksual yang khas dan dimorfisme musiman dengan menarik perhatian dari ekornya yang panjang dan warna bulunya. Selama prenuptial moult (pergantian bulu), jantan bishop mengganti warna bulunya yang coklat muda dengan bulu tubuh hitam dan bercak kuning terang, orange, atau merah yang berasal dari pigmentasi kerotenoid. Tidak seperti bishops, pada widowbird jantan tumbuh ekor hitam yang awalnya tidak terlalu panjang.

africanbirdclub.org
africanbirdclub.org

Sementara, tampilan dari karotenoid yang mencolok pada jantan bishops berfungsi dalam kontes burung. Ekor pada jantan widowbird yang memanjang dipilih oleh betina untuk pasangannya. Preferensi betina memilih ekor yang panjang telah didukung secara eksperimental dari 3 spesies ekor terpanjang (20--50 cm): E. progne, E. jacksoni dan E. ardens, dan E. axillaris yang relatif pendek (7 cm). Pada spesies yang terakhir, betina tidak tertarik, justru lebih tertarik pada ekor-ekor yang panjang. Namun pada E. macrourus (widowbird kuning) melakukan manipulasi ekor, dibandingkan dengan beberapa jantan yang lebih mementingkan kompetisi teritori disbanding menarik perhatian betina.

Meskipun sistem perkawinan serupa dan preferensi betina yang kuat, variasi pada perkawinan ekor panjang antar spesies sangat ekstrim, sekitar 3 cm hingga 50 cm. Apabila, sejarah tekanan seleksi seksual telah sama dengan studi empiris, lalu apa yang dapat menjelaskan keragaman ini? Pertama, karakter yang berlebihan mungkin secara fisiologi berbeda. Kedua, mungkin ada perbedaan sinyal kondisi atau data yang bias. Ekspresi sifat fenotip dalam taksa kontemporer mungkin tergantung dari banyaknya proses adaptasi historis, misalnya pada sejarah evolusi karakter. Pendekatan filogenetik sangat penting dilakukan untuk melihat karakter evolusi untuk menelusuri mekanisme keragaman fenotip.

Dalam kombinasi menggunakan studi empiris mengenai seksual seleksi pada burung-burung ini, rekonstruksi filogenetik telah menunjukkan bahwa bulu-bulu ekor yang melebihi batas normal pada widowbird telah memanjang secara berlebihan dengan mengikuti arah seleksi seksual, dimana betina lebih menyukai ekor yang panjang dibandingkan ekor pendek. Pada keanekaragaman interspesifik pada ornament warna bishop mungkin lebih mengarah pada asal perbedaan kondisi dan ekologi.

Daftar acuan 

Prager. M., S. Anderasson. 2009. Phylogeny and Evolution of  Sexually Selected Tail Ornamentation in Widowbirds and Bishops (Euplectes spp.). Journal of Evolutionary Biology. 22 (10): 20682076.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun