Mohon tunggu...
Bimayu Rati
Bimayu Rati Mohon Tunggu... Freelancer - Undergraduate Biology Student at Universitas Indonesia

Undergraduate Biology Student at Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Biologi Laut, Sampah Plastik Mengancam Kehidupan Hiu di Laut

9 Desember 2019   14:41 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bahan limbah, khususnya plastik sudah umum terdapat di lingkungan laut. Daerah konsentrasi plastik yang tinggi terdapat di daerah terpencil laut dan tingkat akumulasi plastik juga telah meningkat secara global. Oleh karena itu, plastik dianggap sebagai masalah yang dapat mengancam ekosistem dan kehidupan laut. 

Sejak diperkenalkannya bahan plastik pada 1950-an, produksi plastik secara global meningkat pesat dan kemungkinan akan terus berlanjut pada masa yang akan datang meskipun telah dibuat kebijakan di beberapa negara.

Pengiriman dan penangkapan ikan komersial adalah sumber plastik berbasis laut utama yang mencapai perairan samudera. Sumber berbasis lahan seperti industri pesisir adalah asal utama plastik di sepanjang garis pantai. Organisme laut berinteraksi dengan plastik dengan berbagai cara, tetapi ancaman utama keterikatan dengan serpihan plastik atau tali-tali sintesis akan berakibat fatal. 

Keberadaan kail penahan ikan pada penangkapan ikan liar juga menjadi sumber informasi penting untuk menilai dampak perikanan. Kekhawatiran tentang dampak perikanan pada populasi hiu telah membuat Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk menyetujui Rencana Aksi Internasional untuk Konservasi dan Manajemen Hiu.

Shortfin mako (Isurus oxyrinchus) dan blue shark (Prionace glauca) berada di bawah tekanan dalam pemancingan intensif di daerah perairan tropis dan temeperate seluruh dunia karena sirip dan dagingnya diperdagangkan. Faktanya, (ICCAT, 2017) telah menunjukkan bahwa pupulasi shortfin mako telah menurun karena terjadi penangkapan yang berlebihan. Daftar IUCN baru-baru ini menilai shortfin sebagai 'endangered' , dan blue shark sebagai 'near threatened'.

Di Pasifik tidak ada shortfins mako  yang mengandung serpihan plastik, sementara pada delapan blue sharks mengandung serpihan plastik. Secara umum, plastik terdiri dari tali pengemasan poliolefin dan biasanya ditemukan di sekitar insang hiu. 

Selain itu, 20 dari shortfin mako dan 12 dari blue shaarks, terdapat setidaknya satu kail pemancing. Kail paling sering ditemukan di mulut ikan hiu tetapi terdapat juga di perut, sirip, tenggorokan, insang, bahkan hati. Sampah juga ditemukan dalam perut dari 5 shortfins mako dan 7 blue sharks.

Pada survey di Atlantik Utara, tidak ada sisa plastik ditemukan pada hiu shortfins mako, sedangkan keberadaan plastik diamati pada 4 blue sharks di sekitar insang. Kail ditemukan di 16 hiu yang terdapat di mulut dan hanya satu di kerongkongan, satu shortfin mako sudah mengalami kerusakan pada  kerongkongan akibat kail pemancing.

Serpihan plastik, seperti polietilen tereftalat baru dapat terdegradasi selama 100 hingga 1000 tahun. Selama ini, plastik berinteraksi dengan lingkungan, berpotensi menyebabkan luka parah pada hewan laut. Keberedaan plastik telah menyebabkan pada total 16 spesies hiu di seluruh dunia, termasuk keduanya spesies pelagic dan pesisir. 

Tujuh blue shark di Samudra Atlantik dan satu di Mediterania menunjukkan bahwa blue shark yang dianalisis telah menelan serpihan-serpihan plastik. Di Samudra Pasifik, terdapat cedera pada insang dan perut blue shark, hiu paus, dan Rhincodon typus. Serpihan plastik telah diamati pada predator pelagic antara lain, mackerel - Gempylus serpens dan moonfish - Lampris spp. , ikan pedang - Xiphias gladius, dan tuna - Thunnus spp.

Peraturan dapat berperan penting dalam meregulasi penggunaan bahan plastik. Pengembangan dan penggunaan plastik biodegradable dan fotodegradable bisa menjadi satu lagi cara untuk mengurangi permasalahan sampah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun